Jumat, 16 Agustus 2013

Kaka Menghilang!

Kemarin, kaka menghilang. Semua orang panik dibuatnya. Bapak saya keliling kompleks, nelusurin gang-gang kecil di kampung dekat situ. Gak nemu juga. Adik saya, juga keliling kompleks. Dia ngeliat-liat rumah orang kalau-kalau ada tanda-tanda keberadaan kaka di situ. Suami adik saya, nyari agak lebih jauh lagi, pake motor. Di tengah kepanikan itu, mereka nggak ngasih tau saya. Saya mungkin memang sedang sibuk nulis di kantor saat itu. Tapi, kalau saya dikasih tau, saya akan langsung pulang dan meninggalkan kesibukan itu. Kejadian ini siang menjelang sore. Pagi harinya, sebelum saya berangkat, kaka dibawa tante ke rumahnya. Jaraknya nggak begitu jauh, hanya 100 meter dan masih di kompleks yang sama. Siang hari, karena tante mau pergi, kaka dititip ke adik saya yang kebetulan rumahnya di depan rumah saya. Di rumah adik saya, kaka main di halaman rumah bersama tiga keponakan yang kebetulan sedang liburan sekolah. Karena kelihatan aman, adik saya masuk. Dia mandi. Saat itulah kaka menghilang. Mungkin pintu pagar nggak ditutup, atau mungkin kaka udah bisa buka pintu itu. Seminggu ini, kaka memang saya titip di adik saya. Saya harus bekerja. Juga begitu dengan suami saya. Kadang-kadang cukup saya titip di bapak saya yang kebetulan tinggal di rumah saya. Tapi karena bapak udah sepuh, lamban, nggak bisa nyuapin juga, akhirnya adik saya lebih banyak ngurusin. Cuma, adik saya tentu nggak bisa full ngurus kaka. Dia juga punya dua anak. Satu udah SD. Satu lagi baru setahun, rewel. Belum lagi harus masak. Adik saya lagi nggak pakai asisten. Kaka harus dititip karena mbaknya belum pulang dari kampung sejak mudik Lebaran. Begitu juga ibu saya. Drama mudik ini memang mesti disiapin sih, karena kejadiannya pasti berulang. Beruntung mbaknya mau balik lagi, kalau nggak? Kan cari mbak baru akan lebih lama. Belum tentu juga cocok. Dan pastinya lebih mahal ya... Saya kira, persiapan saya udah matang. Kaka sering kok saya tinggal sama bapak saya, kalau kebetulan ibu saya atau mbaknya lagi harus pergi. Apalagi sekarang ada tante, pastilah beliau bakal sering nengok karena kebetulan belum mulai ngajar. Ada adik saya juga. Tapi ternyata, karena gak ada satu orang yang khusus ngawasin, ya jadi begini. Apalagi Kaka mulai senang pergi-pergi sendiri. Rasa penasarannya gede. Dia belum juga kenal rasa takut sama orang asing. Pengennya keluar rumah terus, liat jalanan, liat mobil-mobil. Apa yang paling saya takutkan ngebayangin kaka jalan sendiri? Terlalu seram untuk diceritakan. Kondisi di kota jelas beda dengan di kampung. Di kampung saya, anak seusia kaka udah berkeliaran sendiri. Main ke laut sendiri. Masuk-masuk rumah tetangga sendiri, bahkan makan apa aja yang dikasih tetangga. Orangtuanya sibuk. Tapi tentu tetangganya udah paham. Dan semua saling kenal, jadi nggak perlu khawatir. Lain dengan Kaka. Berapa persen sih orang kompleks yang tau siapa dia? Saya aja nggak banyak kenal orang kompleks. Coba kalau sama-sama dikenal, kan jadi lebih gampang. Ah, betapa mahal harga saling kenal ini ya. Padahal kompleks saya ini bukan kompleks mewah yang orang-orangnya selalu sibuk sehingga nggak sempat bersosialisasi dengan tetangga. Jadi, di mana kaka ketika itu? Dia ada di rumah Bu RT. Beda blok dengan saya. Bu RT ini memang punya anak dua yang sedikit lebih tua dan sedikit lebih muda dari kaka. Semuanya cowok. Mainannya banyak. Semua kaka suka.Pernah suatu kali saya ngajak kaka jalan pagi keliling kompleks. Pas lewat rumah Bu RT, dia gedor-gedor pintu pagarnya. Ketika dibukain, kaka langsung masuk Saya pun terpaksa masuk. Ternyata kaka sudah asyik dengan mobil-mobilan. Kaka punya gaya khas, tidur miring sambil jalanain mobil2an itu di depan matanya. Cerita-cerita, Bu RT bilang bahwa kaka sering main ke situ sama mbaknya. Dan kalau udah asyik main, dia gak mau pulang. Oh... Pantas. Mestinya, saya catat no telp Bu RT itu. Kalau-kalau Kaka menghilang, saya tahu di mana tempat mencarinya. Tapi tentu, saya nggak mau kaka menghilang lagi.

Tidak ada komentar: