Selasa, 20 Agustus 2013
Dari Planetarium ke Keong Mas
Menutup liburan sekolah, Minggu (18/8), Kaka jalan-jalan seharian. Bukan kaka yang liburan sih, karena belum sekolah. Tapi dia ikut meramaikan aja. Pilihannya adalah Planetarium di Taman Ismail Marzuki dan Keong Mas di Taman Mini. Dua-duanya menyuguhkan tontonan yang disukai anak umur dua tahun seperti Kaka.
Anak kecil mana yang nggak suka bintang dan bulan? Bintang beneran ya, bukan bintang korea atau hollywood hehe. Itu sih, tante-tantenya yang suka. Setiap malam, kalau keluar rumah, Kaka nggak pernah lupa untuk nengok ke langit. seringkali gelap. Kalau ada cahaya setitik, wah alangkah senangnya dia. "bitang" katanya untuk nyebut bintang. "buwang" katanya untuk bulan. Nah, di Planetarium kemarin, dia puas ngeliat bintang dan bulan. Bahkan matahari.
Berangkat dari rumah sekitar jam 8.30, tiba di TIM jam 9.30. Yang ikut lumayan banyak, mobil penuhlah. KEbetulan ada keponakan om dari Bangka yang sengaja datang ke jakarta buat liburan. Sampe di sana, langsung antre tiket. Tiketnya Rp 7.000 untuk dewasa dan Rp3.500 untuk anak-anak. Nggak lama, kami pun masuk. Bukan hanya Kaka yang anak-anak. Di tempat ini, sebagian besar penontonnya adalah anak-anak. bahkan ada yang masih bayi. Dulu, gue juga pernah ke sini. Suasananya masih sama. Tempatnya mirip bioskop dengan beberapa pintu keluar. Bedanya, ini layarnya di atas, seperti ada di dalam bola. Lalu, di tengah-tengah ruangan ada semacam proyektor yang bentuknya juga bola. dari situlah gambarnya berasal. Nah, karena ada proyektor di tengah-tengah, kalau pilih tempat duduk di sini lebih baik agak ke pinggir supaya pandangan nggak terhalang proyektor itu.
Sekitar 15 menit kami duduk di dalam. MAsih terang. Lampu baru dimatiin ketika filmnya akan dimulai. Di sini, mulailah teriakan anak-anak terdengar. BAnyak yang takut gelap rupanya. Kaka nggak teriak sih, tapi dia ketakutan. Dia tinggalin tempat duduknya, terus duduk di pegangan kursi sambil meluk gue. Tapi pas bintang-bintang udahmuncul, dia agak tenang, walaupun tetap nggak mau duduk di kursinya. sepertinya, "film" yang diputar nggak terlalu mengecewakan Kaka. Dia cuma agak takut ketika layar memperlihatkan gambar-gambar rasi bintang. Tapi abis itu nggak. Film dimulai dari malam hari, lalu ke siang. Abis itu, penonton diajak terbang dengan pesawat luar angkasa untuk ngeliat planet-planet. Rasanya kursi goyang, berputar. Padahal nggak. Yang berputar kan gambar di layar setengah lingkaran itu. Kayaknya film yang ditayangin agak beda dengan beberapa tahun lalu ya. Dulu ada cerita pagi hari, ketika matahari timbul di barat, perlahan-lahan naik dan hari pun jadi siang. Sekarang nggak. Matahari itu ilang. Tiba-tiba udah siang aja.
Usai di Planetarium, hari masih pagi. Filmnya cuma sekitar 45 menit kayaknya. Perjalanan pun lanjut ke taman mini. Sesuai dengan permintaan ponakan om. Perjalanan lancar, meskipun hari panasnya tiada tara. Rupanya banyak orang yang berpikiran sama dengan kami, menutup liburan, mungkinjuga merayakan hari kemerdekaan, di tempat itu. Taman Mini penuh. Di dalam pun macet. Aih, ini bikin nggak asyik ya. Perut pun mulai keroncongan. Lalu muncul sesal, kenapa tadi nggak bawa makanan dan tiker? Gelar tiker di pinggir kolam yang isinya pulau-pulau nusantara itu kayaknya asyik ya. Tapi, ya sudahlah. Lupakan makan. Kita keliling aja melewati rumah-rumah adat. Nggak ada yang dimampirin. Kami berhenti begitu sampai di Keong Mas. Oh ya, keong mas ini adalah teater IMAX yang bangunannya berbentuk keong raksasa, warnanya kuning. Seperti juga Taman Mini, teater ini didirikan Ibu Tien Soeharto dan mulai beroperasi 20 April 1984. Konon, teater ini memang memutar film-film yang mendidik, terutama tentang kekayaan alam Indonesia. Sekali lagi, kita nonton di situ.
Harga tiketnya Rp30.000, sama aja dewasa atau anak-anak. VIP Rp50.000. Tapi kami pilih yang biasa aja. Kebetulan sekali, film yang akan diputar jam 13.00 itu adalah born to be wild (kalau nggak salah). Sebenarnya ada beberapa kali pemutaran sih, sebelum film itu kayaknya ada dua lagi. Filmnya beda-beda. Nah, yang kita tonton ini adalah film dokumenter tentang gajah dan orangutan. Ah, betapa kaya Indonesia akan dua hal itu. Wuih... kebayang betapa senang Kaka nanti. Setelah nunggu sekitar 30 menit, kami pun masuk keong mas.
Seperti dugaan, film yang diputar adalah tentang penyelamatan dua hewan yang mulai langka itu. Cuma, gajahnya dari Afrika, bukan dari Sumatra seperti yang gue kira. Tokoh utamanya para bule, dua-duanya ibu penuh baya (kakaknya ibu paruh baya) yang katanya pecinta binatang. Mereka merawat gajah-gajah dan orangutan-orangutan yang mulai kehilangan tempat tinggalnya. Dimandidin, disusuin, dipeluk-peluk.
Betapa senang kaka ngeliat film ini. Aih, dia seperti ELF yang lg nonton konser suju. Teriak-teriak. Matanya nyaris nggak ngedip. Apalagi layarnya segede bagong. Suaranya juga super. Jadi berasa ngeliat beneran dia.
Keong Mas itu seperti bioskop. Cuma tempat duduknya lebih banyak. Ruangannya tentu lebih gede, bukan layarnya aja. Kalau diliat dari sisi bioskopnya, mestinya Kaka belum layak diajak ya. Kalau menurut para ahli sih, anak boleh diajak ke bioskop setelah usianya empat tahun. Kaka kan baru menjelang dua tahun. Tapi ya sudahlah. Selain filmnya cuma 45 menit, cerita dan gambarnya juga bikin Kaka senang. Apa yang lebih membahagiakan gue selain bikin Kaka senang?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar