Ini pertama kali kami sekeluarga ke Subang, Kuningan, kampung halaman si abah (panggilan Kaka untuk kakeknya). Ini juga jadi perjalanan darat terlama bagi Kaka. Bukan karena jarak yang jauh, tapi macetnya yang nggak ketulungan. Maklum aja, kami berangkat pas peak season, sehari menjelang liburan Natal yang didahului dengan tanggal merah Maulid Nabi Muhammad. Jadi, very-very long weekend.
Nah, nggak heran deh banyak banget orang Jakarta dan sekitarnya yang memanfaatkan momen langka ini buat liburan. Kebanyakan sih masih di Pulau Jawa aja. Jadi tol Cikampek, sambung Cipali, itu padat dan macetnya mintak ampun! Nah, untuknya kami berangkat malam, Rabu (23/12/15), sepulang kerja, abis magrib sih tepatnya. Meski saya cuti, kami tetap harus menunggu yang lain dong, papa si kaka dan om-om si kaka yang masih kerja. Jadi, hampir sepanjang perjalanan itu Kaka tidur. Dia bangun setelah sampai di Majalengka, ketika kami beristirahat untuk makan tengah malam. Artinya kami sudah melalui enam jam perjalanan. Dari situ, konon perjalanan masih tiga jam lagi.
Naik apa? Mobil travel dong, yang konon kapasitasnya 14 penumpang (semacam Elf atau L300 gitu ya). Tapi kami isi dengan 9 orang saja, termasuk si Kaka. Biar lega. Ih... ternyata nggak lega-lega banget juga. Buktinya, saya nyang lagi hamil 5 bulan nggak bisa selonjoran dengan bebas. Nah, ini siksaan bagi ibu hamil yang konon punya darah tinggi.
Meski diterpa macet panjang, perjalanan ini cukup menyenangkan. Nah, yang nggak menyenangkan itu pas pulang pada Minggu (27/12) pagi. Perjalanan memang nggak semacet keberangkatan, tapi ya... penyiksaannya sangat berat. Penyebab utamanya adalah mobil yang ac-nya mati (berangkat juga, tapi nggak terlalu panas karena malam), supirnya merokok, dan jendela terpaksa dibuka. Akibatnya, Kaka seperti masuk angin. Masuk anginnya cukup mengkhawatirkan. Dia ngerasa sakit perut melilit. Lau, mampirlah di rest area, disuruh pup nggak mau. Ditongkrongin di wc, katanya nggak bisa keluar. Tapi badannya melengkung nahan sakit. Aih... apa pula ini. Minta makan di tempat. Dibeliin pecel ayam, dimakan dikit. Minta es kacang merah, akhirnya gue yang makan.
Yang bikin saya luar biasa repot adalah si kaka juga mabok. Bukan mabok aja kali, ya karena masuk angin ini jadi dia muntah-muntah. Berkantong-kantong plastik sudah muntahnya. Pakaian saya pun sudah kena muntahnya. lantai mobil p un begitu. Siamu saya jijik sama muntahannya. Terpaksalah saya yang bersihin. Derita saya.
Di tengah penderitaan ini, kami ternyata nggak bisa langsung menuju depok. Tapi ke rawamangun terlebih dahulu buat ngatar nenek uwaknya yang ikut dari Kuningan. Ah, tapi untung perjalanan lancar, dan si kaka setop muntah-muntah. Sesampainya di rumah, Kaka mulai segar berlahan-lahan. Makanan masuk, minuman juga. Dan malamnya dia langsung lompat-lompat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar