Dulu, waktu hamil pertama, saya punya banyak bump buddies, alias teman sesama perempuan hamil. Satu bump buddy saya namanya Nerin, teman kampus yang sekos sampai kerja, usia kehamilannya jauh lebih tua. Jadi ketika dia melahirkan, saya masih hamil muda. Otomatis dia punya pengalaman yang lebih banyak dari saya, maka dia pun saya jadikan konsultan gratisan hihi.
Satu lagi namanya Rani. Dia teman ngontrak yang nikahnya cua besa sebulan sama saya. USia kehamilan saya dengan dia cuma beda dua minggu. Iya, dia emang lebih tokcer, jadi begitu kawin langsung hamil. Karena beda usia kandungannya nggak jauh beda, dia jadi teman berbagi saya. Bahkan dokter SpOG kami pun sama. Dengan Rahni saya juga sempat foto-foto hamil ke studio segala, padahal sama suami masing-masing nggak haha.
Nah, bukan cuma usia kandungan kami yang sama, jenis kelamin anak kami pun sama. Mungkin di saat itu lagi musim anak cowok. Bedanya, si Rani ternyata lebih nggak tegaan sama anak ternyata. Ketika cuti melahirkan selesai, dia langsung mengajukan surat pengunduran diri. Katanya setiap kali ngantor selalu nangis karena inget anak yang ditinggal di rumah, padahal waktu itu yang jagain ibunnya sendiri. Sementara saya, tetap lanjut kerja sampapi sekarang. Tapi saya maklum sih, jam kerja kantornya itu luar biasa. Katanya dia berangkat subuh, pulang sampai rumah skeitar jam 10. Sementara saya waktu itu paling 6 jam di luar rumah, kecuali pas tugas luar kota.
Ada lagi satu bum buddy saya, namanya Ibeth. Dia wartawan di salah satu media ekonomi terbesar di negeri ini. Hampir tiap hari kami ketemu di lapangan, karena kebetulan lahan liputan kami sama. Baik dia maupun suaminya, baik sekali.... Selama masa kehamilan saya, dia sempat dua kali hamil karena yang pertama keguguran. Di hamil pertama, dia konsul di rumah sakit yang sama dengan saya, tapi dokternya beda.
Maka ketika hamil yang kedua, dia minta rekomendasi dokter dr saya, maka jadilah dokter kami sama. Di kali kedua ini, usia kehamilan kami beda sekitar tujuh bulan. Lumayan jauh sih. MEski badannya kelihatan lebih besar dan tangguh dari saya, kehamilan teman saya ini agak penuh tantangan. Dia sempat bedrest, untunglah kantornya superbaik sehingga dia bisa kertja dari rumah aja. Tapi persalinan dia jauh lebih lancar. Kalau saya sempat pembukaan karena niat lahiran normal tapi akhirnya sesar, dia lancar melahirkan secara normal. Anaknya cewek, dan baik... sekali. Bum buddies buat saya adalah teman seperjuangan. Kami mengalami kebahagian bersama-sama, sekaligus kesulitan sama-sama. Kadang-kadang ada tip dari mereka yang ampuh saya pakai, misalnya soal kaki kram. Saya juga kasih tips dong buat mereka, mudah-mudahan sih berguna.
Tapi yang paling berharga dari semua ini adalah cerita-cerita mereka selama melewati masa ini. Terutama Ibeth. Saya terharu sekali dengar setiap perjuangan dia, dari flek ringan, pakai kapsul penguat kandunga, mual, sampai terpaksa bedrest cukup lama. Kadang-kadang saya sampai merasa jadi dia. Uh... betapa berat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar