Sebenarnya saya tergolong orang yang setia. Tapi kalau sama dokter, tunggu dulu. Saya ini peragu banget. Dulu waktu hamil si Kaka, dari awal kehamilan sampai menjelang melahirkan, saya ke dr Tofan Widya Utami SpOG di Bunda Margonda. Tapi menjelang melahirkan, entah kenapa saya ragu lalu mencoba dr Maman Hilman di HGA dan di klinik bersalinnya yang di Depok Timur, Budhi Jaya Utama. Dokter kandungan satu ini cukup tenar di kalangan ibu-ibu hamil seantero Depok. Sampai melahirkan, saya akhirnya ditangani dokter yang ternyata seniornya dr Tofan itu.
Nah, di kehamilan kedua ini, dokter saya adalah dr Samson Chandra, dia di klinik Medisca dekat rumah dan di Melia Cibubur dan Permata Medika. Tapi, ketika kehamilan saya masuk ke pekan ke-23, saya mencoba lagi dokter baru. Pilihan saya jatuh ke dr Dewi Retnowati SpOG yang praktek di Klinik Azzahra, dekat rumah juga. Bukan karena dokternya sih, karena kliniknya aja dekat rumah. Saya kira dia ini dr Dewi yang praktik di HGA, karena saya kembali berencana melahirkan di sana. Tapi ini dokter Dewi yang lain, ini dokter Dewi yang praktik di RS Tugu Ibu Jl Raya bogor dan Grha Permata Ibu Beji.
Dokter ini praktik 3 kali seminggu di Azzahra, kalau nggak salah sih Senin, Kamis, dan Sabtu. Nah, saya ke sana Senin (4/1/16). Jadwalnya hari itu jam 18.00. Tapi ketika saya sampai di sana jam 18.30, si dokter belum datang. PAsien yang nunggu baru satu, jadi saya di urutan kedua. Karena dokternya belum datang, saya milih pulang dulu buat mandi dan ambil buku riwayat kontrol kehamilan yang dari dr Samson.
Balik lagi ke Azzahra, ternyata dokternya belum datang juga. Tapi saya nggak terlalu lama nunggu ketika seorang perempuan berjilbab dengan jas putih bertuliskan RS Tugu Ibu datang. Senyum ragu mengembang di bibirnya. Setelah ia masuk ke ruangan parktik, pasien pertama langsung masuk. Nggak lama, saya dikasih tau untuk siap-siap. Dan benar, pasien pertama itu nggak lama-lama banget di dalam.
Ketika saya masuk, dokter itu diam. Saya lebih dahulu menyapa. Lalu dia mempersialakan saya duduk. Kesan pertama saya, dokter ini terlalu kalem. Setelah tanya-tanya ada keluhan apa, saya pun langsung diminta naik ke ranjang pemeriksaan (eh kok ranjang?). Perut dioles dengan krim buat USG oleh suster, lalu dokter itu langsung duduk di sebelah saya. Sambil pegang stik USG, dia bilang, "Aduh maaf ya, VGA-nya lagi jelek. tapi mudah-mudahan saya bisa baca," katanya.
Dia lalu menempelkan alat itu di perut saya, sambil mengutak-atik mesin USG. "Itu kepalanya, ya pak. Ini pertunya. Tapi maaf ibu nggakbisa melihat karena monitor depan lagi mati," katanya. Suami saya, yang ikut masuk bersama dengan Kaka, cuma senyum-senyum. Ah yak... biarlah, nanti saya lihat di hasil cetaknya aja.
Saya konsul nggak terlalu lama, memang nggak banyak yang perlu ditanya. Saya akhirnya nanya soal dampak makanan yang dipanggang, soal darah tinggi yang pernah saya alami di awal kehamilan, dll. Oh ya, soal darah tinggi, ini juga aneh buat saya. Ini adalah salah satu alasan saya mencoba dokter atau klinik lain. Tiga kali periksa di klinik MEdisca, tensi saya tinggi 140/90. Saya dikasih antioksidan. Tapi di klinik ini, tensi saya normal, cuma 110/70, sama dengan hasil cek tensi di tempat lain. "Mungkin saat itu ibu kelelahan, itu bisa berpengaruh juga," kata dr Dewi. Ah, bukan juga rasanya. kan saya pernah disuruh bederst seharian sebelum cek tensi lagi. Hasilnya tetap sama.
Malam itu dr Dewi hanya punya 4-5 pasiem. Jadi agak cepat. Asupan vitamin saya yang diresepkan belum siap, si dokter udah pulang. Biayanya? Cukup 385 ribu saja. Sama aja sih dengan di dr Samson. Nah, sekarang, apakah saya akan tetap sama dr Dewi, kembai ke dr Samson, atau mencoba dr lain?
2 komentar:
Recomended ga mbak buat konsul ke dr Dewi?
Klinik azzahra dmn mba??
Posting Komentar