Senin, 06 Juli 2015

Bengkak di Leher Bawah Telinga Kaka

Ibu yang bekerja kayak saya mungkin sering kali luput melihat perubahan yang terjadi pada anaknya. Tapi, hal-hal yang luput itu saya hindari betul, makanya setiap pagi saya usahakan mandiin si Kaka dulu sebelum berangkat kerja. Itu biasanya saya kerjakan setelah memastikan dia beres makan. Lebai juga sih, padahal kan si Kaka bakal minta makan sendiri kalau dia lapar. Nah, malam itu, tepatnya antara Selasa-Rabu Minggu lalu, saya agak kaget ngeliat lehet Kaka, di bawah telinganya, bengkak. Ini belum pernah saya lihat. Dia waktu itu baru pulang dari hipermarket, dibawa adik saya (agak kesal juga si Kaka di bawa tanpa sepengathuan saya). Tapi perilaku si Kaka nggak berubah, sempat sedikit hangat malam sebelumnya, dan pilek. Pengennya sih langsung bawa si Kaka ke dokter, tapi berhubung sudah malam, saya memutuskan menundanya sampai besok. Terang ini juga mengganggu konsentrasi banget. Sementara saya browsing. Leher di bawah telinga itu adalah kelenjar getah bening. Itu bengkak bisa jadi karena infeksi kelenjar getah bening, TBC kelenjar, dan yang paling bikin gue takut adalah salah satu yang menandakan adanya kanker. Amit-amit... Eh tapi, adik saya lalu bercerita. Anaknya yang sekarang kelas 2, naik kelas 3 SD, pernah ngalamin hal serupa. Dibawalah ke dokter, lalu disuruh tes mantuk. Hasilnya negatif. Ponakan saya itu cuma dikasih vitamin penambah stamina dan madu. Setiap hari. Dan bengkak di bawah lehernya pun hilang. Ponakan saya itu sekarang sehat wal afiat, tanpa keluhan apa pun. Dan keesokan harinya, juga malam, sepulang kerja, saya akhirnya bawa Kaka ke dokter. Dokter di klinik baru dekat rumah, yang mungkin juga bakal jadi langganan saya. Jadi, saya ceritakanlah bagaimana saya menemukan bengkak itu. Lalu Kaka pun diperiksa, suhu badan, dilihat bengkaknya, mulut, dada, punggung, perut. Dan, si dokter ini agak pelit ngomong kalau nggak ditanya. Senyum pun nggak kalahpelitnya. Selama periksa, dia cuma mengerutkan dahi. Saya deg-degan dong, rasanya pengen segera buka otaknya dan baca isinya. Lalu, setelah bolak-balik badan si Kaka, pemeriksaan pun kelar. Nggak sabar saya tanya, "Jadi bengkaknya kenapa dok?" Si dokter duduk di kursinya. "Ini kelenjar getah bening. Bengkaknya udah berapa lama?" Saya tahu, itu kelenjar getah bening. "Saya sadarnya kemarin malam dok. Sebelumnya saya nggak lihat." "Oh... kemungkinan ini infeksi kelenjar getah bening atau TBC kelenjar. Tapi, kalau baru dua hari kemungkinan besar infeksi, karena kalau TBC itu perjalanannya panjang, nggak mungkin cuma dua hari," kata dia. Lalu saya mencoba meresapi, sambil berdoa. Semoga ini cuma infeksi. "Dia lagi pilek dok. Minggu lalu juga ke sini, demam. Kata dokter yang jaga, amandelnya radang. Ada pengaruh dari situ nggak?" kata saya. "Iya, saya lihat dari catatannya. Tapi ini sepertinya infeksi, ada kuman masuk. Masuknya bisa dari mana aja, termasuk mulut. Jadi, saya akan kasih antibiotik dan obat batuk. Ini untuk seminggu. Begitu obatnya habis, kembali ke sini. Kalau ini infeksi, akan kempis. Tapi TBC nggak bisa kempis dengan antibiotik ini. Jadi kalau seminggu masih bengkak, sebaiknya dites mantuk," kata dia panjang lebar. mungkin ini penjelasan terpanjang dia malam itu. "Oke dok." Saya lalu keluar. Kaka hilir mudik nggak bisa diam seperti biasa. saya menunggu sebentar, lalu dipanggil untuk pembayaran dan pengambilan obat. Obat itu sudah hampir seminggu diminum. Dan bengkak di leher Kaka hanya berkurang sedikit. Terang ini bikin saya gelisah. Semoga ini bukan kekhawatiran yang berlebihan dari ibu yang lebai kayak saya.

Tidak ada komentar: