Senin, 17 November 2008

wisata bahasa

"Ada persoalan?" begitu kata Albert, pemandu wisata kami, setiap selesai menjelaskan sebuah tempat. Tentu saja maksudnya adalah "Ada pertanyaan?" Tapi, anak-anak itu iseng dengan menjawab, "Ada, persoalan ekonomi," atau "Persoalan rumah tangga."
Suatu hari, Albert juga mengajak kami "pusing-pusing" KK (kota kinabalu). Maksudnya bukannya sakit kepala, tapi berputar-putar KK. Kalau yang satu ini, kami sudah biasa. Itu pun sudah sering menjadi olok-olok kami di Indonesia. Atau sebuah baliho pariwisata yang berisi tentang Malaysia "seronok". "Seronok" di Kamus Besar Bahasa Indonesia sebenarnya artinya menyenangkan hati, sama dengan makna dalam bahasa Malaysia. Tapi dalam keseharian, "seronok" disalahartikan, sama seperti "bergeming" atau "acuh".
Perbedaan makna kata itu akhirnya membuat Sabah Tourism Board bikin kursus singkat bahasa Indonesia, tiga hari saja. Itu tentu untuk meningkatkan wisatawan asal Indonesia yang konon makin banyak saja yang bertandang ke Sabah.
Padahal, menurut gue....biarkanlah perbedaan makna kata itu tetap ada. Tokh orang Indonesia senang pada perbedaan makna itu karena setibanya di Indonesia dia akan bercerita tentang peristiwa lucu di baliknya. Kalau mau menggunakan kata-kata dengan makna Indonesia, apa bedanya dengan kita bertandang ke Pulau Seribu, Puncak, Subang, atau Gunung Semeru? Karena objek wisata di sana sama aja dengan di Idnonesia, malah cantikan di Indonesia. Eksotisme bahasa itu seharusnya bisa dijual sebagai aset wisata mereka juga.

Tidak ada komentar: