Di suatu sore yang sangat santai, abang bos memberikan teleponnya kepada saya. "Ini bicara langsung dengan orangnya, ya," kata dia sebelum memindahkan telepon itu ke tangan saya. Dengan kebingungan saya ambil telepon itu dan bicara seperti biasa.
Si penelepon adalah seseorang dari kantor berita radio di Jakarta, entah produser, entah reporter, entah tukang anter (gak mungkin yah). Tapi yang jelas, dia nanya satu hal ke gue: Laskar Pelangi. Saya sempat menolak, entah kenapa. Mungkin karena saya punya kesulitan berbicara secara baik dan benar jika dalam konteks sesuatu yang serius seeprti itu, atau karena saya sempat mengalami sesuatu dengan "kantor berita" itu. Seharusnya biasa saja karena "kantor berita" itu pun biasa saja.
Akhirnya saya terima juga wawancara itu secara terpaksa, sambil membayangkan karma yang mungkin sedang datang pada saya. Saya cuma berharap, semoga yang dapat giliran menyiarkannya bukan siapa-siapa. Atau lebih beruntung lagi kalau tidak usah disiarkan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar