Kamis, 24 November 2011

kaka dan emak gue

secara terpaksa, gue tinggal kaka berdua saja dengan emak gue di kontrakan. gue harus mulai kerja. dari pagi sampai sore. tapi ngak deng...saya usahain kerja efektif. begitu bisa pulang, saya langsung chaooo....
saya masuk kerja mulai 16 november kemarin. untugnya belum ada liputan yang menyita waktu seperti raker apbn di dpr. saya kerja ke kantor atau liputan. abis itu pulang. yah, sebelum kereta ramai saya udah sampai rumah. biasanya kaka baru bangun tidur, lagi digendong emak gue, atau baru selesai mandi sore.
awalnya agak-agak nggak tega ninggalin kaka. untungnya, saya ninggalinnya ke emak. bayangin kalau saya harus ninggalin kaka ke baby sitter aja. mungkin bekerja pun saya nggak tenang, takut kaka dikasih obat tidur lah, dibawa ngamen lah, dibawa kabur, seperti cerita-cerita yang sering saya dengar.
sekarang yang kasihan adalah emak gue. emak gue yang terbiasa rame, banyak temen ngobrol, sekarang harus tinggal beduaan dengan kaka yang baru bisa nangis, ketawa, dan bersuara dasar. imbasnya juga ke aba. aba yang ggak bisa ditinggal beduaan sama nenek harus ikut ke jakarta. alhasil, aba keliling-keliling, dari rumah rahma, ke rumah eha, ke sunda kelapa, ke kontrakan gue, ke rumah tante gue. pokoknya gimana caranya supaya selama emak gue di sini, aba juga tetap di sini.
nenek gue juga ikut kena. nenek yang biasanya ditemenin emak gue di lampung, sekarang harus berduaan aja sama zahra. kebayang nggak nenek-nenek dan anak kecil beduaan aja di rumah sebesar itu. huahhh....untung tetangga baik-baik, gantian nemenin tiap malam, gantian bantuin beberes rumah. sampe kapan ya begini? ya sampe gue nggak kerja lagi....hehehe

Bingung Puting

eh eh eh....ternyata puting juga bisa bikin bingung. dan kaka mengalami itu. berawal dari kebiasaan gue ngasih susu lewat botol waktu nenen gue bocel-bocel. dan sekarang gue nyesel banget. kenapa gue nggak tahan aja. kenapa gue kepikiran pake botol, nggak sendok atau gelas sloki aja. huahh....
dua bulan lebih kaka bingung puting. dan sekarang, kamis, 24 november 2011, kaka bener-bener nggak mau lagi. biasanya, kalau gue gendong sambild iayun-ayun, dia mau nyusu. atau kalau lagi tidur malam, gue susuin juga mau. kemarin malam, gue susuin pas dia tidur, dia bangun dan teriak-teriak. tadi subuh juga. eahhhh...gue sedih. bukan soal capek mompa asi terus. tapi soal pengen ngerasain deket sama anak gue, pengen kayak orang-orang yang nyusuin di tempat umum pake apron, ah pengen pengen pengen...
pernah kaka mau nyusu lagi. tapi emak gue nggak percaya dia kenyang dengan cara itu. hasilnya, emak gue kasih lagi susu lewat botol. gue bilang mau ajarin minum pake sendok atau gelas, emak gue bilang belum tentu yang ngasuh nanti mau ngasih susu dengan cara begitu karena emang butuh kesabaran. gue udah beli cangkir khusus buat minum susu nya medela, tapi belum pernah dicoba. kalau udah begini, rasanya pengen pulang, terus ngasih susu dengan cangkir itu.
ngedot buat kaka bukan lagi sekadar minum susu. toh dia sekarang ngisep susunya nggak sebanyak dulu. ngedot, buat kaka, adalah rekreasi. dia senang main-mainin dot itu dengan lidahnya. dia berhenti nangis kalau dikasih dot, meskipun akhirnya cuma dimain-mainin pake lidah. dia juga sekarang mulai belajar megang dot.
dulu, gue nggak mau liat kaka dikasih dot. emak gue, nenek gue, tante gue, lah yang ngasih.
mertua gue rada nggak suka liat kaka minum susu pake dot. tapi mau gimana lagi?
yang gue takut bukan rahangnya jadi jelek, toh ponakan-ponakan gue juga tumbuh dengan dot. tetep aja cantik-canting dan ganteng-ganteng hehehe. gue dan adik-adik gue juga besar dengan dot, nggak ada yang tonggos kan? heheheee....
yang gue takut adalah produksi asi gue berkurang dan lama-lama akan habis. temen sekantor gue yang juga ngasih asi lewat botol cuma bisa bertahan 4,5 bulan karena asi-nya kering. malahan temennya ada yang cuma sebulan. ahay...saya nggak mau begitu. saya pengen minimal enam bulan, syukur-syukur bisa dua tahun minum asi. biar sehat, biar pintar, biar...biar...biar....

Rabu, 23 November 2011

Dan Kaka pun Hadir (4-BCB)

ini bukan perawatan profesional. Saya dirawat secara khusus di BCB, kamar atas, oleh perempuan-perempuan berpengalaman. Ada emak, tante, dan beberapa hari kemudian nenek datang dari lampung.
di sini, masalah saya adalah menyusui. asi saya belum terlalu banyak sehingga setiap hari saya disodorin bermngkuk-mangkuk sayur bening, berbotol-botol susu (sapi maupun kedelai), dan makanan-makanan pendukung lainnya. tau yang dimaksud dengan makanan pendukung? nasi dan tempe/tahu goreng. konon, ibu menyusui belum boleh makan pedas, belum boleh makan yang enak-enak termasuk makanan bersantan. ahay...saya tidak mengeluh, cuma ngerasa lucu aja kok saya bisa juga makan makanan seperti itu.
masalah menyusui lainnya adalah puting saya yang luka. alhasil, setiap saya menyusui, saya hampir nangis. yang parah payudara kanan, sampai putingnya mblesek atau ilang. yang saya susuin akhirnya sebelah kanan. tapi..kata emak, payudara yang nggak disusuin bisa lebih kecil, akhirnya saya cari akal. saya nekad ke ITC, beli pompa asi. dapatlah medela harmony yang harganya 475.000. dengan alat itu, saya berhasil ngeluarin asi dari sebelah kanan. masalahnya, kaka kini harus minum asi itu pakai dot. sumpah saya nggak tega. saya nggak mau liat pertama kali kaka disentuh dot. dan gara-gara dot laknat itulah akhirnya kaka nggak mau lagi nyusu langsung. di hari ke 20 (sekitar itulah), kaka mulai menangis setiap kali saya nyusuin dia langsung. sedih tak terhingga.
kesalahan saya yang pertama adalah ngasih asi dengan dot itu. mestinya saya konsultasi dengan dokter dulu, harusnya kaka dikasih asi dengan sendok, gelas, atau pipet. supaya dia nggak bingung puting. terlanjur sudah. pengen ngeberentiin pake dot, emak saya ngelarang. katanya, di umur kaka 3 bulan nanti juga dia bakal pake dot karena saya harus masuk kerja. dan saya menurut aja, ngebiarin kaka bingung puting. padahal, kalau nggak disusuin, asi saya bisa kering sebelum enam bulan. sekarang saya cuma bisa berdoa, saya mau asi saya tetap ada. berjuang!

Dan Kaka pun HAdir (3-Budhi Jaya)

Di sinilah saya akan dirawat sampai saya sedikit pulih: Budhi Jaya Utama. Rumah bersalin ini adanya di Depok Timur. Nggak besar, tapi dokternya ok punya. salah satunya ya dokter Maman itu, yangngakunya lulusan UI, seniornya dr Tofan, dan informasi lin yang saya dapat, dia praktik di hermina dan HGA.
Yang bikin enak, di RB ini keluarga saya bebas masuk. bayangin, dari keluarga tante yang jumlahnya empat, lalu aba, emak, eha sekeluarga, rahma sekeluarga, bebas nungguin. sampai-sampai aba nebeng tidur di ruang kelas VIP pun nggak ditegor (mungkin nggak ketahuan).
sekarang masalah saya adalah asi. dua hari setelah kaka lahir, asi saya belum juga keluar. padahal niatan dari awal mau kasih aja sampai enam bulan. tapi kaka nggak putus asa, dia tetap nyedot walaupun kosong. dan sedotannya itu nggak sia-sia. setelah dibantu dengan pencetan suster ke payudara, cairan kuning itu pun keluar. konon itulah kolostrum, cairan pertama asi yang bakal banyak ngandung antibodi. di situlah pertama kali kaka dapat asupan dari saya, ahay...hebat. badan saya yang kecil ini bisa kasih asupan buat kaka. hari ketiga barulah air susu saya keluar, sedikti saja. hebat, sampai hari ketiga kaka baru dapat susu. saya sih nggak khawatir, soalnya sebelumnya udah dikasih tau bahwa bayi baru lahir itu kuat sampai tiga hari tanpa ada asupan. hebatnya, kaka nggak kena kuning kayak bayi kamar sebelah yang katanya harus pake disinar biru segala.
MAsalah kedua, badan saya masih sakit. alhasil, kalau mau menyusui, kaka harus diangkatin dan ditaro di samping saya. saya belum bisa duduk sempurna, apalagi dengan bawa bayi. mau ke kamar mandi pun saya masih harus ditopang. ini dia penderitaan ibu yang melahirkan sesar, sementara ibu yang melahirkan normal mungkin udah bisa jungkir balik di hari kedua.
Kaka dirawat di ruangan saya. setiap pagi diambil untuk dimandikan, dijemur, ditimbang, dan ketemu dr anak. setiap sore juga diambil untuk dimandikan.
Saya baru bisa keluar dan jalan-jalan di hari ketiga. itu dengan membungkuk, dengan menahan sakit, dan alhasil muka selalu meringis. tapi alhamdulillah, semua baik-baik saja sampai saya pulang. saya pulang dengan tenang, setelah ongkos melahirkan yang lumayan murah dibanding di Bunda terbayar, setelah perban saya diganti plastik, setelah konsultasi terakhir dengan dr kandungan, setelah ketemu dr anak (pupung sih yang ketemu) dan saya maupun kaka dinyatakan sehat, kami pun pulang dengan taksi, ke BCB tentunya. emak, aba, masih setia menemani.
nanti, di BCB, saya bakal menghadapi perjuangan menuju nikmat ibu muda. selamat datang di BCB kaka.

Dan Kaka Pun Hadir (2-HGA)

Di Hasanah Graha Afiah (HGA) saya langsung di bawa ke ruangan besar yang di dalamnya ada tiga tempat tidur, beberapa petugas medis, dan sejumlah keperluan operasi. Masih dalam keadaan mules tak terhingga. di situ saya dipersiapkan. Pakaian saya dibuka, telanjang, lalu ditutupi selimut. Seorang suster dari Budhi Jaya tetap menemani saya. Samar-samar saya mendengar percakapan antara suster Budhi Jaya dengan suster HGA, intinya, suster HGA marah-marah karena bagian perut saya, dekat kemaluan, belum dibersihin. ahayy....saya nggak tahu harus bersih-bersih dulu sebelumnya. eh, tapi bukan berarti kotor ya... dan suster itu pun membersihkannya.
selesai siap-siap, saya didorong ke ruang operasi. ada beberapa orang, anthara dokter dan perawat saya nggak tau. nggak lama, sampai, saya langsung disuruh duduk.
"Membungkuk sedikit," kata dokter laki-laki.
"sedikit lagi," katanya.
Dan, cusss.... tulang punggung saya disuntik. anastesi.
langsung, mules yang tadinya bikin saya rela menyerahkan apa saja yang saya miliki, langsung hilang.
"Mulesnya masih kerasa?" seorang doketr bertanya.
"Nggak," kata saya.
"Ini kerasa nggak?" dia bertanya lagi.
entah apa yang dia pegang, tapi saya sama sekali nggak ngerasa apa-apa.
ok. itu pertanda bahwa perut saya segera dibelek. dalam proses itu, saya nggak dengar suara ribut-ribut alat operasi. padahal saya ngebayangin seperti yang di serial ob/gyn Korea itu. tapi, saya malah dengerin obrolan soal sahur bersama anak yatim. ada pula dokter yang minta beliin sate buat sahur. ahayyy...saking seringnya ngoperasi orang, operasi yang bikin saya jantungan ini buat mereka seperti nyuci piring aja, santai kayak di pantai. padahal...berbagai pikiran buruk muncul pas operasi mau dimulai. ya takut biusnya kebanyakan terus saya nggak bangun-bangun lagi, takut nanti guntingoperasinya ketinggalan, takut nanti pendarahan, ah macam-macamlah.
di tengah berbagai pikiran buruk itulah tiba-tiba saya mendengar suara seperti kucing teriak-teriak. suaranya kencang.
tiba-tiba seorang dokter perempuan nyodorin bayi di atas saya dan mengarahkannya ke dada.
ahay..ini dia imd, inisiasi menyusui dini. nggak lama, mungkin cuma 5 menit. si kaka langsung dapat puting saya, meskipun belum ada airnya, dia isap juga.
"bayinya laki-laki, jari tangannya lengkap, jari kakinya juga, telinga, mata, semua lengkap," kata dokter perempuan itu.
di perut saya, para dokter yang lain masih juga bekerja, mungkin tetap santai karena orolan tetap berlangsung.
nggak sampai 30 menit operasi itu selesai. saya belum ngerasa apa-apa ketika didorong ke ruang persiapan tadi.
di ruangan itu, saya disuruh istirahat. tapi nggak bisalah. saya tetap melek sampai pagi. sampai seorang suster datang dan minta baju saya karena mau dibawa ke ruang perawatan.
tapi...sial tidak bisa ditolak, tas yang say persiapin untuk di RS, dibawa pulang om. dan baru bisa dianter lagi setelah subuh. ahh..saya terpaksa telanjang sampai pagi benar-benar datang.
yang bikin saya nggak bisa tidur sampai pagi adalah rasa mual. uh....entah apa yang tersisa dalam perut saya setelah saya muntah parah sejak di budhi jaya tadi. tapi saya tenang, yang mual bukan saya seorang. di sebelah saya, yang operasinya kayanya di belakang saya, juga muntah parah. mual itu baru berenti ketika suster nyuntikin obat antimual di infus.
nggak lama, suster nganter teh hangat. saya disuruh minum. tapi, ingat-ingat cerita temen yang katanya nggak boleh makan atau minum sebelum buang gas pascaoperasi, saya awalnya menolak. susternya ngejelasin, bahwa sekarang nggak apa-apa makan-minum walaupun belum buang gas. dan saya pun minum, lalu muntah lagi.
agak siang baru saya bisa pindah ke ruang perawatan. saya dibawakan kemeja belah depan yang umurnya udah agak lama. dan ajabi. kemeja itu nyaris nggak bisa dikancing karena dada saya membesar. hahahaa....
tapi saya pakai juga dan baru ganti lagi setelah muntah. rupanya obat mual cuma bertahan sebentar.
Di HGA, saya cuma diraway sehari. Kaka diantar ke ruang saya dirawat. sesekali saya susuin, meskipun belum keluar air. di situlah handai taulan mulai datang. dimulai dari pipan sekeluarga dan deden, lalu disusul nerin dan aryo, sambil bawa bak mandi segede gaban (hahahaaa...tengkyu sis).
tengah malam saya pun diantar ke Budhi Jaya untuk perawatan sampai empat hari ke depan.