Saya nggak peduli, si kakak cewek atau cowok. Suami saya juga nggak. "Yang penting sehat," kata dia.
Si kakak akhirnya memilih untuk menjadi cowok, itu menurut penglihatan dokter lewat alat usg. Harusnya jenis kelamin kakak udah ketauan dari bulan kemarin, ketika periksa rutin sam dr tofan. Tapi, dokter yang baik hjati itu bilang, paha kakak nutupin selangkangan jadi gak keliatan. Malah sempet2nya si kakak sujud waktu di-usg.
Oh iya, dokter yg intip kemaluan kakak ini bukan dokter tofan, tapi dokter assangge. Tak ada pilihan lain, cuma ada dia dan dr shinta yang pernah bikin ibeth, teman saya yang terpaksa dikuret itu, trauma. Saya pilih dr assengge yang lulusan Unpad walaupun saya satu-satunya pasien dia, sementara dr shinta yang lulusan UI itu punya banyak pasien.
Dia ini emang pendiam, meskipun waktunya lebih banyak buat ditanya-tanyain karena memang nggak ada pasien lain. Waktu dia ngintip alat usg, dia gak ngomong, cuma merhatiin layar. Padahal lama banget, saya sampai nggak percaya dokter ini udah nemuin janin saya atau belum. Dokter tofan baru ada rabu dan jumat sore. Sementara saya butuh sekarang untuk sekalian minta surat keterangan buat naek pesawat.
Ah iya, si kakak mau saya ajak ke kalimantan. Dia harus banyak tau indonesia. biar dia jadi petualang kayak ehm ehm ehm...petualang cowok siapa yah?
Senin, 11 April 2011
Kamis, 07 April 2011
Ngidam
"Udah berapa bulan?"
itu pertayaan yang paling sering saya dengan sekarang, setelah perut saya membesar. Pertanyaan itu menggantikan pertanyaan "Tinggal di mana sekaragn?" setelah tahu bahwa saya baru menikah.
Habis pertanyaan usia kandungan, pertanyaan selanjuutnya udah bisa saya tebak, "Ngidamnya apa?"
Ahaiiii...saya belum pernah cerita yang satu itu. Konon katanya, ngidam itu selalu ada di trimester pertama kehamilan, mestinya saya sekarang udah nggak ngidam karena udah masuk ke bulan kelima.
Tapi, sebenarnya saya nggak pernah sampai ngerasain ngidam seperti yang diceritain orang-orang. misalnya, tengah malam minta mangga, atau mau mie ayam yang dijual keliling pake gerobak warna biru, atau seperti teman saya yang cerita dia nyari empal gentong sampai ke cirebon, bolak balik dalam sehari tapi begitu sampai di rumah, empal gentongnya sama sekali nggak dimakan istrinya.
Harusnya suami saya senang tidak saya repotkan. Selama hamil, saya belum pernah minta yang macam-macam. Memang saya sesekali cuma mau makan ini atau itu, tapi bisa saya cari sendiri, dari spaghetti, hotdog, sampai daging sapi masak lada hitam....hmmmm enak bener. pernah juga saya maunya makan tongseng ayam aja, pernah pegen gado-gado aja, sampai mie ayam aja. nah, makanan yang terakhir itu sampai bikin eneg, dan sekarang lagi ogah makan mie ayam.
Saya mau makan ini atau itu saja, lebih karena lidah saya pahit. Rasanya seperti orang yang sakit panas. dan konon itu harus saya rasain selama kehamilan. ah, sekarang udah mulai berkurang kok.
saya justru merasa direpotkan oleh suami saya. saya nggak percaya bahwa dia yang ngidam, aneh menurut saya. di bulan kedua, dia sakit, masuk rumah sakit 4 hari. lalu nggak mauk kerja dua pekan karena harus istirahat di rumah. Setelah sembuh, ia masih muntah-muntah hingga di bulan ketiga kehamilan saya, beberapa kali juga dia nggak masuk kerja karena mual-mual. beberapa kali dia juga minat dibeliin macam-macam, maunya makan sate kambing, es krim magnum, atau apalah. ah, itu sih bukan ngidam, cuma pengen biasa. Saya juga mau....
itu pertayaan yang paling sering saya dengan sekarang, setelah perut saya membesar. Pertanyaan itu menggantikan pertanyaan "Tinggal di mana sekaragn?" setelah tahu bahwa saya baru menikah.
Habis pertanyaan usia kandungan, pertanyaan selanjuutnya udah bisa saya tebak, "Ngidamnya apa?"
Ahaiiii...saya belum pernah cerita yang satu itu. Konon katanya, ngidam itu selalu ada di trimester pertama kehamilan, mestinya saya sekarang udah nggak ngidam karena udah masuk ke bulan kelima.
Tapi, sebenarnya saya nggak pernah sampai ngerasain ngidam seperti yang diceritain orang-orang. misalnya, tengah malam minta mangga, atau mau mie ayam yang dijual keliling pake gerobak warna biru, atau seperti teman saya yang cerita dia nyari empal gentong sampai ke cirebon, bolak balik dalam sehari tapi begitu sampai di rumah, empal gentongnya sama sekali nggak dimakan istrinya.
Harusnya suami saya senang tidak saya repotkan. Selama hamil, saya belum pernah minta yang macam-macam. Memang saya sesekali cuma mau makan ini atau itu, tapi bisa saya cari sendiri, dari spaghetti, hotdog, sampai daging sapi masak lada hitam....hmmmm enak bener. pernah juga saya maunya makan tongseng ayam aja, pernah pegen gado-gado aja, sampai mie ayam aja. nah, makanan yang terakhir itu sampai bikin eneg, dan sekarang lagi ogah makan mie ayam.
Saya mau makan ini atau itu saja, lebih karena lidah saya pahit. Rasanya seperti orang yang sakit panas. dan konon itu harus saya rasain selama kehamilan. ah, sekarang udah mulai berkurang kok.
saya justru merasa direpotkan oleh suami saya. saya nggak percaya bahwa dia yang ngidam, aneh menurut saya. di bulan kedua, dia sakit, masuk rumah sakit 4 hari. lalu nggak mauk kerja dua pekan karena harus istirahat di rumah. Setelah sembuh, ia masih muntah-muntah hingga di bulan ketiga kehamilan saya, beberapa kali juga dia nggak masuk kerja karena mual-mual. beberapa kali dia juga minat dibeliin macam-macam, maunya makan sate kambing, es krim magnum, atau apalah. ah, itu sih bukan ngidam, cuma pengen biasa. Saya juga mau....
Rabu, 06 April 2011
Jalan-jalan terus nih
Ibu mertua gue selalu pesen, "Jangan capek-capek ya. Kalau ada libur, istirahat aja di rumah."
saya maklum aja, karena kehamilan saya ini berarti cucu pertama buat ibu mertua saya. Pupung tuh anak pertama. Saya juga sebenarnya anak pertama, tapi buat ibu saya, ini bukan cucu pertama. Dua adik saya sebelumnya sudah memberikan tiga cucu. JAdi, kalau saya berlelah-lelah juga mungkin tidak terlalu membuat ibu saya khawatir.
Pekerjaan saya menuntut saya untuk banyak pergi. BAhkan lebih banyak daripada sebelumnya, ketika saya belum hamil. Penyebabnya, di kantor saya itu personelnya berkurang, setelah ada yang resign, kemudian dipromosikan, kemudian di-rolling. karena belum ada pengganti, jadilah yang ada diberdayakan.
Dalam satu bulan, saya bisa keluar kota dua kali. Cobahitung, selama saya hamil, saya pernah ke India (waktu itu baru satu bulan dan saya belum tahu kalau saya hamil) lewat dunai yang jauhnya...minta ampun. itu perjalanan terjauh. Lalu, ke dalam negeri, saya pernah ke bali, jepara, bandung beberapa kali, puncak beberapa kali, lampung, ah dan saya pun lupa. tapi, perjalanan terberat saya adalah ke TEgal, sepekan lalu. ketika saya bilang ke ibu saya, beliau pun agak khawatir. pesannya, "hat-hati ya."
Perjalanan harusnya Rabu (30/4) pagi, dari Bulog di Gatot Subroto. Tapi saya pura-pura lupa hingga akhirnya saya ditelepon dan diminta menyusul dengan dua teman lainnya yang juga menyusul. Agak malas sebenarnya, tapi ketika saya ke kantor, saya pun diminta bos untuk tetap ikut.
perjalanan berat pun di mulai dari sini. saya niat naik kereta, tapi saya malas berangkat sendiri. teman-teman berangkat naik bus. malam pula, selepas deadline koran mereka. Pukul 10.30, atau nyaris pukul 11 malam, kami pun berangkat, naik bus gunung djati. perjalanan nyaris 6 jam, sampai di tegal jam 4 lewat subuh.
baru dua jam tidur, saya harus ikut rombongan kunjungan ke gudang bulog. sampai jam 11, lalu kembali lagi ke jakarta. perjalanan pun delapan jam dengan bus.
saya belum pernah naik bus sejauh itu, apalagi ke jawa, lewat pantura. jalanan yang baru pertama kali saya lihat secara langsung setelah bertahun-tahun sebelumnya saya cuma melihatnya di layar tivi, setahun sekali, setiap lebaran.
huhhh...setelah itu, badan saya remuk redam, sakit seluruhnya. saya berniat libur pada keesokan harinya karena sungguh badan ini nggak lagi kuat. tapi akhirnya saya tetap liputan siang hari. huuuaaaa...maafkan saya kakak...saya membuat kamu ikutan capek.
saya maklum aja, karena kehamilan saya ini berarti cucu pertama buat ibu mertua saya. Pupung tuh anak pertama. Saya juga sebenarnya anak pertama, tapi buat ibu saya, ini bukan cucu pertama. Dua adik saya sebelumnya sudah memberikan tiga cucu. JAdi, kalau saya berlelah-lelah juga mungkin tidak terlalu membuat ibu saya khawatir.
Pekerjaan saya menuntut saya untuk banyak pergi. BAhkan lebih banyak daripada sebelumnya, ketika saya belum hamil. Penyebabnya, di kantor saya itu personelnya berkurang, setelah ada yang resign, kemudian dipromosikan, kemudian di-rolling. karena belum ada pengganti, jadilah yang ada diberdayakan.
Dalam satu bulan, saya bisa keluar kota dua kali. Cobahitung, selama saya hamil, saya pernah ke India (waktu itu baru satu bulan dan saya belum tahu kalau saya hamil) lewat dunai yang jauhnya...minta ampun. itu perjalanan terjauh. Lalu, ke dalam negeri, saya pernah ke bali, jepara, bandung beberapa kali, puncak beberapa kali, lampung, ah dan saya pun lupa. tapi, perjalanan terberat saya adalah ke TEgal, sepekan lalu. ketika saya bilang ke ibu saya, beliau pun agak khawatir. pesannya, "hat-hati ya."
Perjalanan harusnya Rabu (30/4) pagi, dari Bulog di Gatot Subroto. Tapi saya pura-pura lupa hingga akhirnya saya ditelepon dan diminta menyusul dengan dua teman lainnya yang juga menyusul. Agak malas sebenarnya, tapi ketika saya ke kantor, saya pun diminta bos untuk tetap ikut.
perjalanan berat pun di mulai dari sini. saya niat naik kereta, tapi saya malas berangkat sendiri. teman-teman berangkat naik bus. malam pula, selepas deadline koran mereka. Pukul 10.30, atau nyaris pukul 11 malam, kami pun berangkat, naik bus gunung djati. perjalanan nyaris 6 jam, sampai di tegal jam 4 lewat subuh.
baru dua jam tidur, saya harus ikut rombongan kunjungan ke gudang bulog. sampai jam 11, lalu kembali lagi ke jakarta. perjalanan pun delapan jam dengan bus.
saya belum pernah naik bus sejauh itu, apalagi ke jawa, lewat pantura. jalanan yang baru pertama kali saya lihat secara langsung setelah bertahun-tahun sebelumnya saya cuma melihatnya di layar tivi, setahun sekali, setiap lebaran.
huhhh...setelah itu, badan saya remuk redam, sakit seluruhnya. saya berniat libur pada keesokan harinya karena sungguh badan ini nggak lagi kuat. tapi akhirnya saya tetap liputan siang hari. huuuaaaa...maafkan saya kakak...saya membuat kamu ikutan capek.
Langganan:
Postingan (Atom)