Kamis, 13 Agustus 2015
Kaka Sekolah
Ah akhirnya hari yang ditunggu-tunggu laki-laki kecil itu datang juga. Kamis, 30 Juli 2015, Kaka mulai sekolah. Hari itu udah ditunggu sejak lama. Ketika awal tahun, saat kami keliling ke beberapa sekolah, dia udah ngerasa bahwa itu adalah sekolah. Apalagi ketika akhrinya memutuskan memilih TKIT Fitri, dan beberapa kali sebelum tahun ajaran baru dimulai Kaka harus ke sekolah itu untuk berbagai keperluan. Itu juga dia anggap mulai sekolah.
Sekolah yang saya pilih buat Kaka itu berkonsep islami. Mereka diperkenalkan Islam sejak dini, sesuatu yang mungkin nggak bisa banyak didapat Kaka dari saya. Mereka masuk jam 7.15. Sebelum masuk kelas, anak-anak, dari PG sampapi TK B, diajak duduk bersama di halaman kelas. Lalu diajak menghapal surat-surat pendek dengan seorang guru khusus baca Quran. Ini juga sama sekali belum dikuasai Kaka. Bukannya saya nggak mau ngajarin, tapi saya kesulitan untuk itu. Bayangin, setiap saya mulai baca basamalah, Kaka langsung bilang, "Mama nggak usah ngaji, nyanyi aja." Nah lho. akhirnya nyanyilah saya, balonku ada lima.
Pukul 8 mereka pun masuk kelas. Di sinilah mereka baru mulai belajar kayak TK biasa. Tapi sebenarny bukan belajar juga sih, lebih pada memperkenalkan cara hidup islami, misalnya bagaimana sikap makan yang benar. Oh ya, setiap hari temanya beda. Saya lupa sih apa aja, karena saya belum dapat program sekolah. tapi kepala sekolahnya sempat ngejelasin. Hari Senin misalnya ada pelajaran kebangsaan, ini semacam mengenal negara lebih baik. Misalnya bendera, lagu kebangsaan, dll. Trus Kamis ada pelajaran salat. Soal salat sebenarnya Kaka sempat rajin, ke masjid atau ikut saya salat di rumah. Tapi belakangn ini dia mulai malas. Lalu, ada jam makan snack.
Di sini mereka diajari adab makan, dari cuci tangan, antri ambil makanan, makan dengan tangan kanan, makan dengan sikap duduk, dll. Nah, soal makan ini saya agak telat ngajarin Kaka makan sendiri. Di usianya yang hampir 4 tahun, Kaka masih disuapin. Tapi di sekolah dia harus makan sendiri. Dan harus habis katanya. Tapi selama ini belum pernah liat makanan Kaka habis sih. Beberapa kali dia bawa pulang.
Oh ya, bukan anaknya doang yang belajar. Orangtua juga harus belajar. Setiap Kamis, ada semacam obrolan santai yang temanya cara mudah jadi orangtua. Konon ada belajar baca Quran juga. Tapi saya belum pernah ikut.
Soal jam belajar? Emang sih agak pagi, jam 7.15-11. Tapi fleksibel kok. Banyak ibu yang baru antar anak pas udah jam 9. Alasannya anaknya susah bangun. Dan agak lama. Durasinya bahkan lebih lama daripada anak SD negeri kelas 1-2. Dulu, keponakan saya kalau masuk jam 7, pulang jam 9. Kalau masuk jam 9, pulang jam 11.
Soal jam belajar ini ternyata memunculkan masalah lain, siapa yang antar-jemput Kaka? Kalau pagi jelas saya bisa antar. Tapi persoalannya saya belum bisa naik motor (lagi belajar sih, mati-matian harus bisa). Jadi, setiap pagi saya minta anter adik saya. Saya juga belum punya motor. Jadi, saya ini adalah pengantar yang diantar haha. Pulangnya? Beberapa kali saya yang jeput, tapi saya terpaksa dateng ke kantor sudah snagat siang. Jadi semacam shift siang. Nggak mungkin terus-terusan. Sekarang sih lagi ada ibu saya, yang semangat banget jemput Kaka. Apalagi setelah tahu bahwa setiap kamis ada obrolan santai itu, ibu saya menyebutnya pengajian, hihi.
Sekolah Itu Main
Suatu siang, ketika menjemput Kaka pulang sekolah, Bu Ika, guru di TK Fitri, menghampiri saya. "Alhamdulillah Kaka hari ini mau masuk kelas," katanya begitu bersemangat.
Ia lalu diam sejenak, mungkin menunggu reaksi saya. Saya tersenyum. "Alhamdulillah," kata saya menanggapi.
"Tapi baru masuk kelasnya pas bel pulang berbunyi," kata Bu Ika lagi.
Saya tersenyum lagi. Entah senyum apa yang harus saya keluarkan hari itu.
Kaka memang satu di antara tiga murid unik di sekolah itu. Dan, tiga murid unik itu ada di satu kelas, ya kelasnya Bu Ika itu. Uniknya seperti apa? Pertama, nggak mau masuk kelas. Jadi ketika teman-temannya di kelas, Kaka main di luar. Dan itu selalu sama dua temannya yang lain. Bu Ika menyebut mereka Three Musketeers.
Kalau nggak ada di arena bermain, Kaka ada di kelas PG. Itu kelas untuk anak yang usianya di bawah Kaka. Nah, dari hari pertama, ketika disuruh masuk kelas, Kaka masuknya ke kelas PG. Selidik punya selidik, ternyata di kelas itu ada teman mainnya di rumah. Ditambah lagi, di kelas PG itu lebih banyak mainan dan kelasnya luas banget.
Ternyata itu soal kaka yang nggak bisa diam itu bukan cuma di sekolah. Di tempat ngajinya, Kaka juga begitu. Guru ngaji, yang sering ketemu di sekolah Kaka karena kebetulan anaknya juga sekolah di situ, beberapa kali buat laporan. Ibu saya, yang suka nemenin Kaka ngaji, juga laporan begitu. Saya, yang nganter Kaka pertama kali ngaji, juga ngeliat dengan mata kepala sendiri.
Kaka memang luar biasa aktifnya. Soal dia nggak bisa diam di kelas atau duduk manis saat ngaji di masjid, saya udah prediksi. Sehari-harinya juga begitu. Bahkan ketika berdiri, tangan dan kakinya nggak pernah diam. Tapi saya sih nggak pernah maksa dia buat harus selalu di kelas atau duduk di depan guru ketika mengaji. Biar aja dia ke kelas ketika dia udah pengen ke kelas. Dan main ketika dia mau main. Karena sejak awal saya bilang ke dia, kalau masih TK, sekolah itu main.
Langganan:
Postingan (Atom)