Senin, 10 Desember 2012

Kurus, ya?

Kaka kurus. Itu kata tante dan adik ipar gue. Gue sih gak bisa bedain kapan kaka kurus dan kapan kaka gemuk. Yg gue inget, waktu kaka masih ASIX, masih tinggal di UP, dan masih lima bulanan, dia emang gemukbanget. seneng liatnya. Sebenernya gue gak masalah dia gemuk atau kurus. Lagian, gimana mau tambah gemuk, dia gak bisa diem. Baru bangun aja langsung naik ke atas mobil2an atau kuda2annya. Terus, dia main sampe keringetan. Apalagi kalo udah maen kuda-kudaan. Keringetnya sampe bercucuran. Dia juga suka banget jalan. Kalau diajak ke mal nih, dia gak akan mau digendong atau dituntun. MAunya dilepas, terus diabisa lari sendiri keliling. tinggal gue aja yang capek ngikutin. Oh ya, kalo gak dikejar, sebenarnya dia bakal balik lagi. Cuma gue takut aja dia lupa jalan, terus ilang hohoohooo... amit-amit

Jumat, 23 November 2012

burung, cumi-cumi, atau...titit!

Apa kata ganti yang kamu gunakan untuk penis Si Kecil? Saya sih nggak ngasih nama khusus. Karena papanya udah terlanjur ngasih tau bahwa itu disebut titit. Nenek saya juga. Ibu saya juga. Jadi, Kaka kalau nyebut penisnya, ya titit itu. Tapi, teman-teman saya ngajarin kata ganti yang beda ke anak-anaknya. Ada yang cumi-cumi, karena memang mirip, kan. ada juga yang burung, itu standar. Ada juga ya nama aslinya, penis. Kalau temen saya yang satu lagi, ngajarinnya bird, cuma versi inggrisnya burung aja sih. Nah, Si Kaka sebenernya pengen gue ajarin pake kata ganti yang lain, tapi udah telat ah. Saya juga belum mikirin kata pengganti yang tepat. Sekarang, kata titit udah nempel, ya sudahlah. nggak salah juga kok. Tapi, Kaka itu suka salah sebut, antara "titit" dan "dudut". Oh ya, "dudut" adalah kata pengganti untuk nyebut perut. Kata itu muncul dari perut Kaka yang gendut, dulu. Jadi, salah satu omnya manggit dia dudut. Nah, kalo lg telanjang, dia suka megang perut dan bilang "titit", tapi seringjuga megang penis dan bilang "dudut". Ah, Si Kaka... Nanti kamu akan tahu beda keduanya, Nak. Kamu juga akan tahu sebutan yang benar untuk penis.

Cicak... Hap

Cicak cicak di dinding, diam-diam merayap, datang seekor nyamuk, hap! lalu ditangkap. Sekali lagi soal cicak, hehe. Kali ini lagunya. Karena Kaka suka cicak, saya sering nyanyiin lagu ini kalo lagi sama Kaka. Dan dia langsung inget. Cuma ingetnya nggak utuh. Baru aja nyanyiin kata pertamanya, "cicak..." dia langsung ngomong "hap!" Dan begitu terus. Akhirnya, belum mulai nyanyi pun dia uda ngomong "hap!" duluan. oh ya, soal "hap!" ini, Kaka pernah bingung antara "muah" (nyium) dengan "hap!" Mungkin karena terlalu sering ngucapin dua kata itu, dia jadi bingung kapan saat yangtepat untuk "hap!' dan kapan "muah". Pernah dia diminta salaman, cium tangan, bukannya "muah" seperti biasa, dia malah ngucap "hap!". haha.

Kata-kata Kaka

Wah... udah lama nggak isi blog ini. Padahal Kaka punya banyak sekali cerita. Terakhir apa, ya? Oh...soal Kaka dirawat inap karena diare. Sekarang Kaka lagi jadi beo, suka ngikutin omongan orang. Kalo kita ngomong, "nggak ada" dia juga akan ikut "da ada". Kalo dia jatuh, dia akan ngomong "jatuhhhhh...". Dia juga faseh ngomong "miong" untuk kucing, "tcitcak" untuk "cicak" dll. Memang ada masanya anak belajar bicara. Kalao dari literatur yang saya baca, anak ngucapin kata pertamanya dengan jelas, dengan makna yang benar di kepalanya, di usia satu tahun. Nah, Si Kaka kan udah 15 bulan ya, alias 1 tahun 3 bulan. Dari dulu dia bisa ngomong "tjitcak" karena dia suka banget sama binatang nempel di tembok itu, sampe-sampe pesawat pun dia bilang "tcitcak", lampu juga dibilang tcitcak, pokoknya semua yang di atas dia bilang tcitcak. Sekarang nggak lagi. Dia udah tau tcitcak itu adalah binatang yang nempel di tembok, pesawat itu beda lagi, lampu juga beda. tapi dia belum bisa ngomong pesawat atau awat, lampu pun belum. Cuma, dia nggak namain dua benda itu dengan tcitcak lagi. Dari bayi, dia juga sering banget ngomong "jatuh", tapi dengan pengucapan yang agak kurang jelas, kadang-kadang terdengar "tatuu", "dak doo", atau jelas "jatuh". Sekarang omongannya itu udah jelas juga. Tiap dia berdiri terus nggak sengaja terduduk, dia akan ngomong "jatuuuhhh", dengan penekanan pada bagian belakang. Atau kalau dia megang sesuatu, dan yang dia pegang itu jatuh, dia akan ngomong kata yang sama. Mungkin nih ya, dulu waktu baru belajar jalan, emak saya sering kasih peringatan ke dia, "awas jatuh". Saking seringnya kata itu dia denger, jadinya nempel di kepalanya. Nggak lama lagi, kata-kata Kaka semakin banyak. Katanya sih, di usia 1,5 tahun, setiap hari akan ada beberapa kata baru yang dia tahu. Sebenernya bukan kata baru, karena dia udah tahu jauh sebelum dia bisa ngucapinnya. Dia tahu dari ucapan yang dia denger dari orang-orang di sekitar dia sehari-hari. Tapi dia tampung dulu, terus katanya nanti ada masanya dia ngeluarin kata-kata yang dia tahu itu. Hm... artinya, meskipun anak seumur Kaka belum bisa ngomong, jangan ngomong kasar atau yang nggak layak deh di depan mereka.

Jumat, 29 Juni 2012

Muka Kaka Beda!

Kok mukanya jadi lain? Itu kalimat pertama yang keluar dari mulut adik sepupu saya yang ikut mengurus Kaka dari bayi, waktu nengok Kaka ke rumah BCB. Iya, muka Kaka jadi lain. Mulutnya kelihatan lebar, matanya belok, kepalanya juga kelihatan besar. Itu semua karena daging di pipinya berkurang. Kaka nggak lagi tembem. Berat badannya turun, saya nggak tahu pasti berapa karena belum ditimbang lagi. Tapi kalau gendong Kaka sekarang, rasanya enteng. Ini memang masih masa pemulihan Kaka, belum seminggu dia keluar dari RS. Yang bikin saya tenang, diare dan muntahnya benar-benar udah berenti, makannya juga banyak. Cuma, makannya masih bubur nasi aja, belum dicampur sayur, ikan, daging, dll. Minum susunya juga banyak. Soal aktivitas, hampir seperti biasa. Kalau kami pulang dan dia denger suara motor, cepat-cepat dia jalan keluar. Sambil ketawa, dia nyambut kami. Hm... senang rasanya. Dia juga mulai pengen diajak becanda. Kadang-kadang dia ngumpan sendiri supaya digodain, hihihi. Dia juga lebih sering ketawa, ketawanya lebar, gigi bawah dan gigi atasnya beradu. Dengan keadaan ini, mudah-mudahan badannya segera montok lagi dan kembali mengeksplorasi dunia.

Rabu, 27 Juni 2012

Kare, Kaka Diare

Kaka diare, sering muntah dan BAB encer. Itu terjadi sehari menjelang ia genap 10 bulan. Setiap malam harusnya saya tidur tenang dengan Kaka di samping kanan dan suami di samping kiri. Tapi malam itu, Rabu (20/6/2012), saya terbangun tiba-tiba, pukul 03.00. Sebenarnya, sejak Kaka lahir, saya nggak pernah tidur nyenyak semalam suntuk karena dikit-dikit harus bangun karena Kaka minta susu. Tapi dini hari itu, Kaka nggak minta susu. Dia justru ngeluarin susu yang dia minum malam itu dengan muntah. Huhuhuuuu.... Entah kenapa, saya bangun. Kaka sih udah melek. Menghadap saya dan diam. Saya bangun, bangunin suami buat gendong Kaka, dan saya ganti seprai. Lalu kami tidur lagi. Pagi-pagi, Kaka muntah lagi. Saya belum curiga dan tetap ninggalin dia buat kerja. Saya cuma pesan ke ibu saya, kalau ada apa-apa segera telp. Bener kan... Belum lama sampe kantor, ibu saya udah nelepon terus, sms nggak berenti, buat bilangin bahwa Kaka muntah-muntah terus dan sekarang pake diare. Dari pagi, udah lima kali. Panik? pastinya. Tapi saya ada liputan. Terus sorenya mau ada meeting edisi ulang tahun. Hayyah... akhirnya saya liputan dulu dan berjanji segera pulang setelah liputan. Saya baru bisa pulang jam 2. Sampai di rumah, Kaka udah lemas. Saya kasihd ia makan, lahap. Tapi belum habis makanannya di piring, dia muntah lagi. Ibu saya mulai nyerocos, nyuruh saya segera bawa ke rumah sakit. Kami pun berangkat ke RSIA Tumbuh Kembang di Cimanggis. Dokter Azwir Zainal SpA bilang, Kaka kelihatan dehidrasi, matanya cekung dan lemas. Dia minta Kaka dirawat inap. Hahaii...kesian betul anak saya ini, masih kecil udah harus dirawat. Saya sempat berdebat sedikit tentang antibiotik dengan Pak Dokter, tapi akhirnya saya menandatangani pemberian antibiotik. Tapi eitss...saya sempat ragu, dan waktu susternya mau nyuntikin antibiotik, saya sempat nandatanganin pernyataan gak mau dikasih antibiotik. Tapi, Kaka makin parah. Saya bingung. Mau minta saran dari teman-teman, tengah malam begitu nggak bakal ada yang jawab. Dengan sabar saya nunggu pagi. Dan...jam 4 saya akhirnya BBM Ocha, dan akhrinya memutuskan ngasih Kaka antibiotik. Kaka dirawat lima hari, dengan infus di tangan kanan, lalu pindah ke tangan kiri. Dan dia melewatkan 10 bulannya di rumah sakit itu. Oh ya, saya belum jelasin kenapa saya sempat nolak antibiotik, lalu akhirnya mutusin oke dgn antibiotik. Dalam satu seminar, seorang dokter anak bilang bahwa obat diare bukan antibiotik. Sebab, diare itu berarti ada racun di dalam pencernaannya, bisa karena bakteri atau virus. Dan, racun-racun itu dikeluarin lewat BAB. Yang perlu dilakukan bukan ngobatin, tapi ngejaga anak supaya nggak dehidrasi. caranya ya kasih oralit dan air putih sebanyak-banyakna. Sebab, kalo diare dihentikan dengan obat, berarti pengeluaran racun juga berhenti. Dab, pengobatan dengan antibiotik belum tentu tepat. Antibiotik hanya membunuh bakteri, tidak virus. Bakteri yang dibunuh pun tidak pandang bulu, bakteri baik pun dibasmi. Kesian kan pencernaan kalo nggak ada bakteri baik. Tapi gimana kalo nggak ada sama sekali yang bisa masuk lewat mulut? Jangankan nasi, air putih pun dimuntahin lagi. Tes darah juga nunjukin ada infeksi akibat bakteri. Jadi...akhirnya saya memutuskan pake antibiotik. Dua kali sehari, diinjeksiin lewat selang infus. Dan Kaka selalu histeris tiap liat suster bawa suntikan, terus megang tangan yang diinfus. Seminggu udah lewat. Kaka mulai baik. Semalam dia nggak BAB. Muntah pun udah nggak. Tinggal lemas dan kurus. Matanya cekung. Dia belum kuat jalan jauh. Kalau mau nyamperin saya di belakang, dia merangkak. Uh...Kaka....Cepat segar ya, Nak.

Rabu, 06 Juni 2012

(Bukan) Langkah Pertama

Harusnya ini saya tulis Rabu, 2 Mei 2012 lalu, hari yang sama dengan langkah pertama Kaka, hehehe. Udah bikin catatannya sih di BB, tapi lupa buat unggah ke blog ini. Daripada ngulang, saya mau nulis soal Kaka sekarang. Dia bukan ngelangkah lagi, tapi udah jalan dengan lancar. Malahan, kalau saya dan papanya pulang naik Si Mio Mio itu, pasti dia lari terjatuh-jatuh keluar. Kalau udah tidur, dia bangun lagi, kadang-kadang langsung jalan ke pintu kamar atau duduk dulu. Mungkin ini agar kecepetan untuk anak seusianya. Kaka baru 9 bulan. Artinya, sebulan lalu dia udah belajar jalan. Mungkin ini seperti saya waktu bayi, yang menurut ibu tersayang udah jalan umur 8 bulan. Papanya sedikit lebih lambat. Kata mama mertua, umur 9 bulan udah jalan. Cuma yang saya lagi cari tau, ada efeknya gak ya kalau anak terlalu cepat jalan? Konon katanya, kalau jalan duluan, tumbuh giginya belakangan. Atau bicaranya yang terlambat. Tapi, Kaka udah tumbuh gigi. Dua biji di atas. Dan segera nongol di bawah. Ini juga agak nggak biasa karena biasanya gigi bawah dulu yang tumbuh. Nah, kalau soal bicara, Si Kaka memang baru bicara bahasa Negeri Senja alias bahasa dari negeri antah berantah.

Selasa, 21 Februari 2012

makan pertama

Ini hari pertama kaka dapat makan pendamping asi. Pilihan gue, bubur nasi campur wortel, bukan puree buah hehhee.
Gak terlalu repot bikinnya. Kebetulan emak gue kalo masak nasi selalu lembek, mirip2 nasi tim. Wortel dikukus terus dipotong kecil2. Nasi sesendeok dan satu batang wortel kecil gue masukin ke food processor, puter deh sekitar 5 menit. Eh, jangan lupa tambah air matang atau asi biar gak terlalu kental.
Nah, gue gak mau ngelewatin kegiatan makan pertama si kaka. Maka, gue pun masuk siang. Setelah paginya ke pasar nyari kukusan buat ngukus sayuran sama beras merah. Rencana nyari labu kuning juga, tapi kata penjual sayur, "Adanya bulan puasa doang." Huuhhh.... Gagal deh ngasih makan bubur labu.
Tapi gak putus asa. Gue memanfaatkan ade gue yg kerja di Giant. Dulu gue pernah liat labu itu di sana, bukan bulan puasa. Ade gue sih janjiin mau bawain, malah dia nawarin bawain brokoli dan salmon segala. Tapi yang gue baca, salmon ntar-ntar aja dulu.
Porsesi makan pertama kaka ini disaksikan oleh sekeluarga gue. Kebetulan ada bokap, nyokap, dan tentunya pupung yang memang lagi di rumah.
Kaka, yang dari sebelumnya suka ikut2 ngecap kalo kita makan dan suka ngerebut piring makan kita, gak susah disuapin. Kebetulan dia sebelumnya suka diminumin susu pake sendok. Cuma, dia masih susah nelen. Jadi, setiap suapan bubur harus didorong pake air putih biar bisa ditelan. Itu juga kadang-kadang keluar lagi.
Hmm... Entah berapa sendok yang akhirnya bisa masuk.
Tapi, kata emak gue, gak penting jumlahnya. Yang penting dia udah dikenalin sama makanan pendamping asi. Selanjutnya, jumlah makanan yang masuk bakal bertambah dengan sendirinya. Ciaooo kaka.... Selamat makan.

Kaka lulus!

Cihuyy... Perjuangan gue melawan godaan susu formula alias sufor akhirnya membuahkan hasil. Kaka lulus ASI ekslusif (ASIX). Tepat hari ini Kaka enam bulan. Hadiahnya, dia mencicipi makanan pendamping asi pertamanya.
ASIX bukan perjuangan mudah buat gue. Kaka bukan seperti bayi kebanyakan yang nyusu langsung dari puting ibunya. Kaka ngalamin bingung puting gara-gara gue kasih dot di usia satu bulan. Kenapa? Karena puting gue tinggal separuh, luka, berdarah.
Awalnya dia minumnya gantian dari puting dan dot. Tapi lama-lama dia ogah dari puting, maunya dari dot yang aliran susunya teratur dan putingnya keras.
Risikonya, kata dokter dan teman-teman yang pernah ngasih asi pake botol, produksi asi bakal berkurang karena gak dapat sinyal untuk memproduksi dari isapan mulut bayi. Katanya, produksi asi paling cuma. empat bulan.
Produksi ASI gue juga sempat menurun dan emak gue nyuruh dibantu pake sufor. Tapi, kan stok di kulkas masih ada. Maka, gue pakailah itu dulu. Eh, alhamdulillah produksi ASI gue naik lagi.
Godaan lainnya adalah tugas keluar kota dari kantor. Sempet gue iyain, tapi kaka sepertinya gak setuju. Gue juga khawatir stok ASI di kulkas gak cukup. Akhirnya, gue batal ke luar kota.
Yah pokoknya gitu deh. Gue mau keluar rumah lama-lama juga gak bisa karena cooler bag tempat nyimpen asi perah juga gak bisa tahan lama.
Terakhir-terakhir malah gue gak bawa pompa dan cooler bag. Gue biarin aja bengkak dan baru gue pompa pas sampe rumah.
Nah, benar kan prinsip gue. Gue percaya ASI gue cukup buat kaka setidaknya sampe enam bulan. Dan itu terbukti.

Kaka lulus!

Cihuyy... Perjuangan gue melawan godaan susu formula alias sufor akhirnya membuahkan hasil. Kaka lulus ASI ekslusif (ASIX). Tepat hari ini Kaka enam bulan. Hadiahnya, dia mencicipi makanan pendamping asi pertamanya.
ASIX bukan perjuangan mudah buat gue. Kaka bukan seperti bayi kebanyakan yang nyusu langsung dari puting ibunya. Kaka ngalamin bingung puting gara-gara gue kasih dot di usia satu bulan. Kenapa? Karena puting gue tinggal separuh, luka, berdarah.
Awalnya dia minumnya gantian dari puting dan dot. Tapi lama-lama dia ogah dari puting, maunya dari dot yang aliran susunya teratur dan putingnya keras.
Risikonya, kata dokter dan teman-teman yang pernah ngasih asi pake botol, produksi asi bakal berkurang karena gak dapat sinyal untuk memproduksi dari isapan mulut bayi. Katanya, produksi asi paling cuma. empat bulan.
Produksi ASI gue juga sempat menurun dan emak gue nyuruh dibantu pake sufor. Tapi, kan stok di kulkas masih ada. Maka, gue pakailah itu dulu. Eh, alhamdulillah produksi ASI gue naik lagi.
Godaan lainnya adalah tugas keluar kota dari kantor. Sempet gue iyain, tapi kaka sepertinya gak setuju. Gue juga khawatir stok ASI di kulkas gak cukup. Akhirnya, gue batal ke luar kota.
Yah pokoknya gitu deh. Gue mau keluar rumah lama-lama juga gak bisa karena cooler bag tempat nyimpen asi perah juga gak bisa tahan lama.
Terakhir-terakhir malah gue gak bawa pompa dan cooler bag. Gue biarin aja bengkak dan baru gue pompa pas sampe rumah.
Nah, benar kan prinsip gue. Gue percaya ASI gue cukup buat kaka setidaknya sampe enam bulan. Dan itu terbukti.