Rabu, 04 April 2018

ASI dan Perjuangannya

Siapa bilang ASI itu gratis? Buat ibu-ibu yang tinggal di kota besar kayak gue, yang bekerja kayak gue, yang kulitnya sensitif kayak gue, ASI itu sama sekali nggak gratis. Iya, memang, biaya yang dikeluarin buat dapat ASI itu nggak semahal kalau beli sufor. Apalgi kalo sufornya yang pake embel-embel "royal", "plus", "gold", "platinum" dll.

Gue ibu ASI yang mulai ngASI sejak anak kedua gue, Daya, berusia tiga hari. Kenapa tiga hari? ya karena ASI gue baru keluar setelah tiga hari itu. Mungkin sebelum-sebelumnya ada, tapi cuma cukup buat ngebasahin bibir anak gue doang, nggak sampe ke tenggorokan, apalagi ke perut.

(dilanjutkan setelah setahun kemudian)

Sekarang, si little miss ini udah nyaris dua tahun. usianya sudah 23 bulan 10 hari. Dan sampai saatini dia masih ASI. Sesekali dia ikutan minum uht rasa cokelat punya kakaknya. Itu kalau dia lihat kakaknya lagi minum susu, dia minta juga. Masak iya nggak dikasih.

Perjalanan sampai ke sini nih nggak mulus. Ada kalanya tiba-tiba ASI gue seret. Di usianya belums etahun dulu, pernah tiba-tiba sekali mompa, kiri kanan, cuma dapat 40 mili. Itu untuk renang 3-4 jam. Kalau udah begini, saya panik. Dan di ruang laktasi kantor, ada aja ibu yang punya masalah sama. Biasanya kita cari sokusi bareng-bareng. Kadang-kadang beli booster ASI yang bentuknya susu, jamu yang rasanya tidak manusiawi, jus daun bangun-bangun, dan terakhir gadoin daun katuk. Tapi tetap aja, kami percaya, booster ASI yang paling mujarab itu menyenangkan diri sendiri dengan cara: BELANJA. Belanjany apun beda-beda. Ada yang beli lipstik aja udah senang, beli baju, kerudung, atau sepatu. Eh tapi ada juga lho yang jadiin snack berlumur micin sebagai boosternya.

Salah satu tantangan selama nga-ASI adalah liputan luar kota. Selama ini sih saya minta, penugasan luar kota saya cukup satu malam. Tapi pernah juga sampai 3 malam. Ini ASI-nya mau diapain. Pumping kan tetap harus, supaya payudara tetap nyaman, nggak bengkak apalagi nyeri. Supaya stok ASI di freezer rumah juga nggak tekor-tekor amat karena pasti besar pasat daripada tiang. Biasanya, modal saya keluar kota adalah pompa asi tentu harus, kantong ASI (botol kaca nggak praktis), dua cooler bag, dan ice gel yang saya rasa cukup. dua coolerbag sebenarnya nggak cukup. Sempat juga lho, pompaan hari pertama saya buang karena nggak muat.

Untungnya selama saya liputan luar kota, tidurnya di hotel yang cukup bagus. Mereka bisa dititipin ASI berhari-hari. Tapi gaya mereka naro ASI pun beda-beda. Ada yang langsung taro di freezer. Ada yang di pendingin aja, termasuk ice gelnya. Lhaaa.... itu ice gel gue jadinya nggak beku. Ada hotel yang ASI-nya mesti diantar sendiri, ada juga yang puny alayanan ambil ASI di kamar.

Oh ya, saya juga sempat buang ASI. Jadi di bulan-bulan pertama, saya pakai dua kulkas. Satu kulkas 1 pintu (kulkas lama) dan satu lagi kulkas dua pintu yang memang saya beli menjelang melahirkan, rencananya memang buat nyimpen ASI. Nah, di kulkas 1 pintulah yang banyak saya buang karena freezernya kepenuhan. Selain itu, freezer kulkas 1 pintu itu nggak bagus-bagus amat. masih ada bunga esnya. maka saya khawatir juga itu mempengaruhi kualitas ASI.

Oh ya, alhamdulillah ASI saya untuk little miss ini cukup. Bahkan saya punya anak susuan, Beyza namanya. Beyza itu anak tetangga yang usianya lebih muda sekitar 2 bulan dari little miss. Dulu, katanya dia suka sakit, disarankan dokter mengkonsumsi ASI dan disuruh berhenti sufor. Tapi ibunya tak lagi punya ASI. Panjanglah ceritanya. Dan gue dengar banyak cerita di balik itu. Setiap pagi, sebelum saya berangkat kerja, mbaknya Beyza datang ke rumah. Ambil ASI. Awalnya, bisa 5 botol ASI yang dibawa pulang setiap hari. tapi terakhir sehari satu aja. Sampai akhirnya dia udah lebih dari enam bulan. Gue lupa detailnya, kayaknya dia minta ASI sampai usia satu tahun, tapi nggak tiap hari juga.

Pompa ASI pun saya sempat gonta ganti. Awalnya pake Avent manual. Alamak... kerasnya. Pegal tangan ini pakenya. Lallu ganti medela, manual juga (anak pertama dulu pun gue pake ini). Enak sih, dan lebih cepat. Tapi saya tertarik dengan pompa elektrik yang lagi tren. Jadilah gue beli yang kecil, murah, dan cukup efisein. Spectra Q. Dan itu saya pakai sampai sekarang.

Bagaimana dengan frekuensi mompa? Dalam sehari gue bisa 3 kali mompa. Sampe kantor jam 11-an, ketja sebentar, lalu mompa. Pukul 15.00 mompa lagi. lalu mau pulang, pukul 17.00 mompa lagi. Sekarang sih cukup sekali aja. Mau pulang atau sekitar pukul 16.00.