Menolak perminataan anak? Pasti itu akan terjadi. Saya sudah mengalaminya beberapa kali. Maka, sebelum melakukannya, saya banyak belajar triknya. Intinya sih, anak bakal ngerti kok, yang penting kasih alasan yang sekiranya masuk akal buat dia.
Permintaan Kaka yang sering kali saya tolak adalah beli mainan. Ada beberapa mainan yang saya kira dia nggak butuh karena udah punya banyak. Misalnya mobil-mobilan semacam hot wheel. NGgak kehitung jumlahnya. Juga dari merek lain. Sebut aja jenis kendaraannya, dari monil balap sampai pickup, dari truk molen sampai truk pemadam kebakaran, dari truk gandeng sampe truk gendong, dari sepeda motor sampai helikopter. Ada beberapa yang dia suka banget, dan kalau hilang mesti beli lagi.
Nah, ada banyak alasan yang saya pakai untuk nolak permintaan Kaka. Untungnya dia nggak pernah nolak alasan saya. Suatu kali, saya kasih alasan bahwa harga mainan yang dia mau itu terlalu mahal, apalagi dia udah punya yang sejenis. Apalagi kalau bukan mobil-mobilan? Oke, dia nurut. Diletakkannya lagi mainan itu di rak toko, Dia lalu mengambil mainan serupa yang harganya lebih masuk akal, meski dia sebenarnya udah punya yang sejenis juga. Saya izinkan. Kesian kan kalau ditolak terus.
Selang beberapa lama setelah penolakan itu, dia sering kali nanya harga barang yang saya pegang. Atau barang-barang dia yang saya beli tanpa sepengetahuan dia. "Baju ini harganya berapa?" Saya sebuut harganya. Mungkin dia belum ngerti konsep uang, maka dia nanya lagi, "Mahal nggak?" Saya jawab aja, "Mahal." Lalu keningnya berkerut. "Kalau mahal kenapa dibeli?" Nah lho.... Tapi akhirnya saya jelasin kenapa saya bei barang itu. Misalnya, karena saya butuh dan belum punya. Ah si kaka. suatu saat kamu akan mengerti. Ada barang mahal tapi pantas. Misalnya karena kamu butuh atau memang bagus. Tapi, ada juga barang yang harganya mahal tapi ya nggak pantas untuk barang itu, atau kamu sudah punya dan nggak butuh-butuh amat. Misalnya? Ya mobil-mobilan itu, Nak.