Senin, 25 Mei 2015
Huh! Tabrakan Itu Bikin Panik
Tabrakan Beruntun Terjadi di Tol Jakarta-Cikampek. Mungkin itu judul berita yang akan ada di media online, Sabtu, 16 Mei 2015 lalu. Tapi untung aja kecelakaan yang kami alami itu nggak dahsyat, jadi nggak perlu lah sampe masuk media online kayak gitu.
Hari itu, kami, saya, kaka, om, tante, adik, dan dua keponakan, berencana ke BAndung. Om dan tante mau undangan, saya sih cuma jalan-jalan. Seperti biasa, om yang nyetir. Perjalanan dimulai dengan ocehan si kaka. Anak ini banyak benar omongannya. Segala jalan ditanya. Nah, bosan nanggapin omongan si kaka, muncullah ide nelp Nad. Mobil masih di kawasan tol Jakarta Cikampek. Belum masuk Bekasi. Tut... tut... akhirnya telp diangkat, pake tab tante. Ini bukan telp biasa, tapi video call yang bikin orang diujung sana nongol secara real time. Ngobrol lah semuanya, dimulai dari pertanyaan2 ringan, di mkana, mau ke mana, dll. Sampai akhirnya si om yang lahi nyetir penasaran, ngeliat anak ceweknya yang lagi merantau jauh di Sulawesi Tenggara sana. Pertama sih aman. Tapi nggak lama kemudian... "BRARRR" mobil yang kami tumpangi seperti ngerem mendadak. Saya belum sadar sampe melihat satu ponakan, yang umurnya belum 3 tahun, diangkat. Lalu saya sadar ini tabrakan ketika ngelihat kap depan mobil yang sudah naik. Kaka dipegang tante, setelah nabrak dashboard.
Sementara si om keluar ngurusin tabrakan ini, saya merhatiin si kaka. Bibirnya pucat. tak lama kemudian, keringat dingin. Lalu ia minta tiduran di bangku tengah. Saya tany, "Pusing ka?" "Pusing..." Kaka menjawab terparah-patah. Saya diamkan sebentar. Tiba-tiba matanya terpejam. "Bangun ka... bangun..." kata saya. Karena panik, saya ngoceh sendiri. Lalu muncullah pikiran bahwa saya harus bawa kaka ke RS terdekat. Maka saya keluar, mau nyetop mobil, apa pun di depan saya. Karena belum dapat, saya masuk lagi ke mobil melihat kondisi si kaka. keringatnya bertambah banyak. bibir masih pucat. Saya keluar lagi cari mobil. Maka saya setoplah Avanza merah, dengan dua laki-laki di dalamnya. "Mas, minta tolong anter ke rumah sakit yang paling dekat," kata saya. MObil itu mendekati mobil kami, lalu si supir keluar. Badannya besar. Kulit agak gelap, dengan sedikit berewok. Ketika keluar, tangannya sibuk memasang sabuk, dan mungkin narik ritsleting celana jeans-nya. Alamak..... ngeri sekali. "Cepat bu, macet," katanya. Sambil menggendong Kaka, saya masuk ke mobil. Tapi sebelumnya saya udah pesan sama si om, catat nomor plat mobilnya.
Kami ke RS Mitra Keluarga Bekasi. Langsung ke IGD. Seingat saya, si supir mobil itu ikut turun dan mengikuti saya dari belakang. Tapi ketika di dalam IGD, say atak melihatnya. Maka saya segera keluar, dan melihat mobilnya di kejauhan. Astaga... jadi saya tadi sempat curiga sama orang yang niat baik nolong. Maafkeun... Belum sempat bilang terima kasih pula.
Kaka diperiksa oleh dr Yuliana, dokter jaga yang sedang kedatangan banyak pasien IGD. Tak lama Kaka diperiksa, kesimpulannya Kaka nggak apa-apa. Tapi kalau saya nggak yakin, saya boleh CT scan kepala Kaka saat itu jg. Tapi si dr menyarankan observasi dulu dua hari di rumah. Kalau muntah banyak dan kesadaran menurun yang ditandai dengan tidur terus, Kaka harus dibawa ke rumah sakit lagi. Syukur, itu nggak terjadi. Dan Kaka normal lagi. Dia sempat mabuk kendaraan di taksi dari Bekasi ke Depok, tapi sepertinya itu masuk angin. Sampai di rumah, ketika makan, lagi-lagi dia muntah. Tapi itu nggak berlanjut, setelah dia tidur, kondisinya kembali normal. Normalnya kaka adalah, loncat-loncat di kasur, lari sana lari sini, ngoceh, iseng, dan banyak lagi.
Mungkin saya waktu itu cuma panik. Apalagi kalau ingat cerita anak tetangga di Lampung yang keserempet motor, kondisinya biasa aja dan tak ada lecet apalagi luka, tapi tiba-tiba besoknya koma. keluar darah dari hidung dan telinga. Lalu meninggal dalam beberapa jam. Tentu saya sangat tidak berharap kejadian itu menimpa Kaka.
Langganan:
Postingan (Atom)