Selasa, 21 Mei 2013
Kupluk Vila
Kaka punya kupluk, warnanya gradasi hitam, cokelat, krem. Sebenarnya itu bukan asli punya Kaka, tapi warisan sang papa yang mungkin zaman mudanya suka pake kupluk, biar disangka mahasiswa pecinta alam. Padahal dia pecinta wanita.
Oke, kembali ke kupluk. Kupluk itu kelihatan imut cuma kalo dipake Kaka. Jangan bayangin kupluk itu dipake saya, apalagi papanya. Kupluk itu bikin kami jadi lebih kelihatan seperti warga sekitar puncak yang berdiri di pinggir jalan buat nawarin vila ke geromboloan mobil pesiar di akhir pekan. Ya, kupluk itu mirip banget sama yang dipake mereka. Tinggal pake sarung, jaket, berdiri dipinggir jalan, dan melamabi-lambaikan tangan. Ush!
Sebenarnya Kaka punya beberapa topi, selain topi bayi tentunya. Dulu, waktu usia Kaka belum genap tiga bulan, dia dapet hadiah topi dari Ibeth dan Kakak Alam. Pasangan yang waktu itu juga tengah menanti kehadiran putri tercinta, Kayla, ceritanya baru pulang dari pesiar di Taman Topi, Bogor. Karena namanya taman topi, tentu banyak topi di sana, selain bangunan berbentuk topi yang udah kusam di mana usia. Pingin beli, tapi bingung untuk siapa. Mungkin, Ibeth juga lagi semangat-semangatnya cari pakaian bayi, tapi karena usia kehamilannya masih terlalu kecil, jadi dia belum belanja. ah tapi gak usah bermungkin-mungkin, yang jelas dia beliin Kaka topi. Warnanya abu-abu. Ada nama Kaka di sana. Keren kalo lagi dipake Kaka. Thanks to Ibeth. Tapi, seiring dengan pertambahan usia Kaka, ukuran kepalanya juga nambah. Kepalanya tambah besar, dalam arti yang sesungguhnya. Topi itu pun nggak muat lagi, dan terpaksa disimpan.
Kaka juga punya topi merah, gambarnya spiderman. Topi ini pemberian simbak. Agak mengejutkan, memang. Waktu itu, simbak diajak nenek Kaka ke pasar tradisional. Pas di pasar, simbak misah buat belanja sendiri. Neneknya Kaka juga nggak tau bahwa salah satu barang belanjaannya itu adalah topi merah. Sekarang topi itu sering dipake kalau Kaka pergi naik motor dalam jarak dekat, panas-panas.
Ada juga beberapa topi lain, yang nyaris nggak pernah dipake Kaka. Karena, tpi favorit dia ya itu, kupluk vila tadi. jadi, kalau dia mau diajak keluar, dia disuruh ambil topi, yang diambil adalah kupluk vila itu.
Jumat, 10 Mei 2013
Kutu!
sodara-sodara, apa yang akan Saudara lakukan begitu menemukan telur kutu di rambut si kecil? Menggundulinya? Melumuri kepalanya dengan obat antiserangga? Atau menlepaskannya satu per satu, kemudian mencari induknya di sela-sela rambut gondrongnya?
Saya nemuin telur kutu di rambut kaka. Banyak. Ada yang sudah kopong dan ada yang masih berisi. Awalnya saya nggak percaya bahwa kaka kutuan. Dari mana? Lagi pula, saya pikir, mungkin-mungkin aja ada telur kutu, tapi kutunya nggak ada. Kan hampir setiap hari kaka dikeramas, mungkin kutunya ikut pergi dengan busa-busa sampo.
Tapi ternyata tidak, sodara-sodara. Sehari setelah saya menemukan telur kutu itu, saya menemani kaka menjelang tidur malamnya. seperti biasa, dia minta dielus-elus di bagian punggung (ini kebiasaan yang diciptakan sama si mbaknya, buat dia mungkin nggak ngerepotin, buat gue ini kerjaan banget.) Sesekali, dia minta garukin. Dan, apa yang terjadi di malam itu? Kaka memang minta digarukin,tapi bukan di punggung, di kepala! Astagahh.... Saya langsung teringat, apakah ini karena ulah si kutu rambut? Jadi benar dong, si kaka bukan cuma punya telur kutu, tapi juga kutunya! Rasanya geregetan, malam itu juga, setelah dia tidur, saya telusuri sela-sela rambutnya. Nggak jelas tentunya, gelap. Oke, kayaknya saya mesti bersabar nunggu besok.
Ketika akhirnya pagi datang, saya langsung menjalankan misi impian sejak semalam. Nyari kutu. Tuh kan... kan... bener kan... ada kutunya, kecil-kecil. nempel banget di kulit kepalanya. nyaris transparan. dan nggak cuma satu. Huhuhuuuu... semangat dong nyariin di sela-sela rambutnya lagi. Tapi dasar anak-anak ya...nggak betah diam dan kepalanya diobrak-abrik. ah... ya sudahlah. Saya jg harus berangkat kerja. Solusinya, menurut suami saya, kaka dibotakin. Ihhh.. pdahal saya pengen bikin kaka gondrong kayak roker.
Sebenarnya rambut kaka baru dipotong, minggu lalu. ini juga dilema sebenarnya. Saya pengen dia gondrong. Bapaknya pengen dia dipotong mohawk kayak pemain sepak bola entah siapa namanya. Tapi akhirnya saya potong sendiri, tanpa model, sambil lari-lari dan kaka teriak-teriak, "tatitt..." Keputusan motong rambut ini juga sebenarnya berawal dari garuk-garuk kepala juga. Suami saya bilang gatalnya itu karena rambutnya gondrong. salah kan teorinya. Itu karena kutu. Kutu itu udah bercokol dari minggu-minggu lalu kali.
Oke, sakarang kita bahas soal kutu. Saya pernah ngajuin ide ini buat tulisan di majalah MB, waktu saya masih kerja di situ. Tapi, ternyata udah pernah dibahas, belum lama. Saya nggak nemuin itu di katalog artikel yg pernah terbit karena memang belum dimasukin, saking barunya. Mana saya tau. Saya pernah searching, kutu itu bukan masalah orang indonesia doang, atau orang miskin, atau orang kampung doang. Di babycenter.com, ditulis bahwa kutu itu serupa infeksi, jadi bisa nyerang siapa aja dan menular. sebaiknya dibawa ke dokter. Seserius itukah? sebenernya kutu nggak membunuh, cuma bikin nggak nyaman aja. Kayak panuan, kamu nggak bakal mati karena panu, cuma nggak asyik kan? Cuma, saya belum pernah denger orang Indonesia bawa anaknya ke dokter karena kutuan. Mungkin ada, saya nggak denger ceritanya karena orang-orang itu bukan di lingkungan saya. Kebanyakan sih pake obat kutu aja, pedi*** misalnya. atau kalau di kampung saya zaman kecil dulu, disemprot ba***n. Tapi, apakah keduanya aman buat kaka?
Kutu memang identik sama orang kampung, tapi ternyata, menurut dokter di babycenter lagi, kutu tuh bisa nyerang siapa aja. Nggak pandang kaya, miskin, orang kita, orang kampung, atau apa pun lah. Yah, anak kota juga kutuan, kan, kadang-kadang? Cuma, memang ada karakteristik rambut yang disukain kutu. Kalau di amerika, misalnya, kutu lebih suka di rambut orang afro karena rambutnya kaku dan bergelombang. Mungkin dia ngerasa nyaman di sana. Di Indonesia, karena jenis rambutnya hampir sama, mungkin kutu lebih senang di rambut yang kotor. Tapi, sekali lagi... rambut kaka bersih. hampir tiap hari dikeramas. jadi kenapa bisa kutuan?
Saya boleh berprasangka dong. Mungkin dari mbaknya. Saya nggak pernah ngecek mbaknya kutuan apa nggak. Tapi, karena kaka kalo siang mungkin tidur bareng simbak, dan kalau malam menjelang tidur juga ditemenin sama mbak, mungkin aja kan kutunya simbak migrasi ke kepala kaka? lho, kok jd berprasangka. Maaf ya. Tapi intinya, mari kita basmi kutu-kutu itu!
Langganan:
Postingan (Atom)