Rabu, 03 April 2013
Kamus Kaka
Entah bagaimana awalnya, Kaka selalu mengatakan "mau" untuk kata "minta". Kadang-kadang juga dia pake "aji (lagi)". Tadi pagi, misalnya, waktu saya menyiapkan makanan untuk sarapannya, dia bilang "mau..." Artinya, dia minta makanannya.
Sedikit banyak, Kaka udah bisa ngungkapin kemauannya lewat kata. Kalau minta digarukin, dia bilang "gata", kalau minta minum juga dia bilang "minum", kalau mau susu dia bilang "susu".
Dia juag udah bisa nyebutin orang-orang di sekitarnya. Konon, anak seumur dia sih udah bisa ngerangkai frasa sederhana, seperti "mau susu". Tapi kaka baru bisa ngucapin satu-satu. berikut daftar kata yang paling sering diucapkan kaka:
mau: minta
aji: lagi
apang: kapal udara (pesawat)
bita: bintang
tjitja: cicak
minum: minum
gata: gatal
andi: mandi
moto: motor
mobi: mobil
halo: handphone
ai: air
boa: bola
apa tu: apa itu
ana: mana
tu: itu
ni: ini
nene: nenek
aba: abba
aba: abang (kalo manggil tukang jualan)
ita: ikan
gaja: gajah
tuda: kuda
dede: adek
dll
Senin, 01 April 2013
Menangis Semalam(an)
Selasa, 26 Maret 2013, Kaka nangis sepanjang malam. Saya bingung bukan kepalang. Mana pernah ada sih suara berisik tengah malam di kompleks itu! Lalu, tetangga datang. Dia bilang, "Dulu, orang-orang yang ngontrak di rumah ini, anaknya juga nangis tiap malam. Mungkin harus diselamatin dulu." tetangga itu, pun pergi.
Ya, tetangga itu mungkin berpikir, Kaka nangis karena digangguin "penunggu" rumah itu. Kami memang baru pindah. Selasa itu adalah malam kedua kami nginap di situ. Saya memang nggak ngadain acara apa pun waktu pindahan, walaupun saya juga pernah dapat cerita dari ibu yang anaknya pernah tinggal di situ bahwa rumah itu "dihuni" oleh nenek-nenek. Makhluk gaib. Saya percaya makhluk gaib, tapi rasanya manusia dan makhluk gaib punya dunia yang beda, bukannya? kalaupun dia gangguin, yah nggak bakal sampe luka juga kecuali luka yang muncul akibat ketakutan kita sendiri.
Sebelum tetangga itu datang, papa kaka udah bertingkah luar biasa. Dia, yang tadinya tidur nyenyak tanpa mau tau anaknya nangis, tiba-tiba bangun. Ngambil Kaka dari gendongan saya, terus ngajak Kaka keliling rumah sambil ngomong, "mana yang gangguin kaka? Bilangin, kaka nggak takut." Aha! padahal saya sama sekali nggak pernah cerita soal omongan ibu-ibu tentang penunggu rumah itu.
Kaka nangis, pikir saya, bukan karena diganggu. Kaka memang lagi sakit. Udah dari Minggu, 24 Maret, dia muntah-muntah dan lemas. Hari itu memang puncaknya. Dia lemas bukan kepalang. Maunya digendong. Kalau digendong pun, kepalanya maunya nyeder ke yang gendong. Saya kerja, ada mbaknya yang jagain. untung juga ada adek yang memang lagi datang. Laporan adek saya selalu bilang: "Kaka lemas banget. bawa ke dokter aja apa?" Tapi saya bergeming. saya cuma minta dia mantau aja karena saya yakin, kuman di perutnya bakal ilang setelah dimuntahin. Lalu, kaka pun sembuh. Sebenarnya Kaka mau makan,minum apalagi. Tapi ya abis makan-minum langsung muntah, apalagi kalau abis minum susu. Muntahannya bukan cuma susu, tapi juga makanan padatnya.
Nah, hari itu, sampai malamnya, saya nggak ngasih Kaka susu. Takut muntah banyak dan tambah lemas. Sepertinya, susu itu biang keladinya. Kaka memang nangis minta susu, tapi saya pikir dia bakal lupa kalau udah ngantuk. Lagi pula, susunya ketinggalan di rumah lama. Ah, kejamnya saya. Saya tahanlah dia, saya kasih air putih aja. Tapi makin lama, tangisnya tambah kencang. Saya pun keluar, ngambil susu di rumah lama, terus langsung saya kasih Kaka. Ajaib. Tangisnya yang kencang dan panjang itu, berhenti seketika. Luar biasa susu itu. Ataukah si nenek penunggu yang sudah tak kuasa? Tak tahulah. Tapi saya ngikutin saran tetangga itu untuk selamatan. Kaka sekarang udah sehat, tanpa berobat. Semoga kami betah dan damai di sana, semoga rumahnya membawa berkah. Dan Kaka nggak perlu lagi nangis semalam(an). Amin.
Langganan:
Postingan (Atom)