Jumat, 25 Februari 2011

jerawat berebut tempat sampai ke punggung

tak ada rotan, akar pun jadi. tak kebagian tempat di muka, di punggung pun tak apa.
mungkin begitu pikiran jerawat-jerawat saya yang mulai bertumbuhan di kawasan punggung.
sejak awal kehamilan, jerawat saya sudah mulai berani menunjukkan diri. mereka datang seperti gerombolan FPI yang mau menggrebek tempat hiburan malam menjelang bulan ramadan. Kalau FPI senang beroperasi di wilayah atas peta jakarta atau utara jakarta, jerawat di wajah saya juga tumbuh subur di wilayah atas, jidat. lalu menelusuri pinggir wajah, sampai ke dagu. sungguh saya bersedih kalau sedang mencuci muka. tangan saya seperti memegang kulit durian. ah, mungkin berlebihan. tapi ya begitulah kira-kira.
mereka datang tak bilang-bilang, ya persis FPI itu. hari itu tidak apa-apa, esok sudah tumbuh beberapa jerawat dengan puncak putih kekuning-kuningan seperti bisul yang siap pecah.
belum pecah si bisul itu, tumbuh lagi bisul yang lainnya. begitu terus, sampai akhirnya muka saya dipenuhi bisul-bisul kecil itu.
ini risiko, namanya juga ibu hamil. itu hormon.
teman saya menghibur.
anak kamu laki-laki, kalau dilihat dari muka kamu yang kusam.
teman saya yang lain ujung-ujungnya menghina.
biar saja mereka menghbur atau menghina sekalipun. saya bertekad tetap tidak berbuat apa-apa pada jerawat-jerawat kecil saya ini. dulu, kalau muncul jerawat seperti ini, saya langsung beli obat. malah, saya sempat ke dokter saking putus asa mencari jalan berhenti menganggap muka saya ini sebagai durian.
sekarang saya harus tahan, tidak sampai enam bulan lagi, ditambah enam bulan menyusi, saya akan membasmi jerawat-jerawat ini. sekarang, silakan menempati seluruh permukaan kulit saya.